News Details

Surveilans Migrasi KKP Kelas I Makassar dalam Pemberantasan Malaria di Wilayah Sulsel dan Sulbar

Info
dikirim pada Mar 15, 2017 6:41 PM
oleh: H. Nurkamar, SKM, M.Kes


A.     Gambaran Umum

Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun nasional.Hal ini tercantum dalam target 3.3 SDGs (Sustainable Development Goals) dan RPJMN serta Renstra Kemenkes.Annual Parasite Incidens (API) Indonesia mengalami penurunan yaitu 1.75 °/? pada tahun 2011 menjadi 0.82 °/? pada tahun 2015. Kabupaten/Kota yang API nya sudah dibawah 1 per 1000 penduduk pada tahun 2015 adalah 89.3%.Dan ditargetkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia dapat mencapai eliminasi malaria.

Di Indonesia penyakit malaria di temukan tersebar diseluruh kepulauan, terutama di kawasan Timur Indonesia. Kawasan Timur Indonesia yaitu Papua, Papua Barat, Maluku,Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur menyumbang 79% kasus malaria di Indonesia pada tahun 2012. Data secara nasional menunjukkan bahwa angka kasus malaria yang sudah dikonfirmasi perseribu penduduk atau yang dikenal dengan Annual Paratise Incidence (API) mengalami penurunan, yaitu 4,68 per seribu penduduk pada tahun 1990 menurun tajam menjadi 1,96 per seribu penduduk pada tahun 2010 dan turun melandai 1,75 per seribu penduduk pada tahun 2011 kemudian 1,69 per seribu penduduk pada tahun 2012 dan menjadi 0,99 pada tahun 2014.

Pengendalian malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Tahapan eliminasi malaria dibagi menjadi 4 tahap yaitu ; Pemberantasan, Pre eliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan. Daerah yang masuk tahap pemeliharaan harus dilakukan kegiatan kewaspadaan melalui surveilans secara efektif untuk mencegah munculnya kasus indigenious. Seperti munculnya kasus impor yang dibawa oleh pekerja  (migrant worker) yang terkena ditempat mereka bekerja (wilayah endemis malaria) akan berpotensi terjadinya penularan didaerah asal, yang daerahnya mendukung perkembangbiakan vektor malaria, maka wilayah tersebut merupakan wilayah rentan penularan malaria.

Oleh sebab itu Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Masyarakat berperan dalam promosi dan pencegahan juga pengobatan yang difokuskan pada penduduk yang bersiko tinggi (seperti migrant worker) untuk mengatasi masalah penyakit bebasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan yang dilaksanakan petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara aktif maupun pasif di dalam dan luar puskesmas.Puskesmas disini dapat juga diartikan sebagai unit pelayanan kesehatan yang juga dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

KKP sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di pintu masuk negara (pelabuhan dan bandara) dapat berperan aktif dalam deteksi dini kasus malaria pada calon penumpang dengan gejala demam yang datang ke klinik KKP untuk dilakukan pemeriksaan cepat dengan menggunakan Rapid Diagnostik Test (RDT). Jikahasil pemeriksaanpositif menunjukkan di dalam darah terdapat parasit, maka diberikan pengobatan dan selanjutnya memberi notifikasi kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) dimana penumpang tersebut berasal, KKP dan Dinkes daerah tujuan.

Demikian halnya untuk wilayah yang masih dalam fase pre-eliminasi perlu penguatan atau membentuk sistem kegiatan deteksi dini terhadap penduduk yang bermigrasi dari daerah non-endemis malaria ke daerah endemis malaria dan sebaliknya. Kegiatan penemuan dan pengobatan penderita secara dini dapat mengurangi terjadinya penularan malaria kepada orang lain. Kelompok berisiko terhadap penularan malaria dan menjadi sumber penular di daerah endemis lainnya, perlu dilakukan pemeriksaan melalui skrining. Karena itu perlu dilakukan kegiatan surveilans migrasi kepada kelompok berisiko di fasilitas pelayanan  kesehatan termasuk di KKP.

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh Kementerian kesehatan termasuk KKP meliputi wilayah negara dan atau kawasan antarnegara, serta pintu masuk negara di Pelabuhan, Bandar udara, dan Pos Lintas Batas Darat (PLBD) negara,sedangkan penyelenggaraan surveilans kesehatan oleh Dinkes Provinsi dan Kabupaten/ Kota meliputi seluruh daerah di wilayah kabupaten/kota khususnya pada tahap eliminasi dan pemeliharaan serta penduduknya banyak migrasi ke daerah endemis malaria, seperti : pekerja tambang, pekerja perkebunan, nelayan, TNI/POLRI dan PNS, pedagang, mahasiswa, peniliti lapangan, wisatawan, transmigran, dll.

Surveilans migrasi merupakan bagian dari program surveilans malaria yaitu startegi program peningkatan kewaspadaan (SKD-KLB) terhadap timbulnya malaria dengan melakukan analisis secara terusmenerus dan sistematis terhadap kecenderungan migrasi penduduk dan kecenderungan kasus impor serta deteksi dini adanya penularan setempat, perubahan kondisi lingkungan, vektor, perilaku penduduk yang berpotensi terjadinya penularan malaria.

Surveilans migrasiadalah pengamatan yang terus menerus terhadap penduduk dengan riwayat perjalanan atau sedang melakukan perjalanan baik yang bersifat sementara atau menetap dari atau ke daerah endemis malaria melewati batas administratif wilayah dengan melakukan kegiatan meliputi penemuan, pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah, penyuluhan, cross notification, monitoring dan evaluasi, serta pencatatan dan pelaporan.

 

B.     Tujuan

Melindungi masyarakat baik pelaku perjalanan maupun penduduk setempat dari penularan malaria melalui kegiatan penemuan kasus secara dini dan pengobatan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.

 

C.     Tinjauan Malaria

1.    Etiologi

a.    Plasmodium vivax

b.    Plasmodium ovale

c.    Plasmodium malariae

d.    Palsmodium falcifarum

e.    Plasmodium knowlesi ---- Kalimantan

 


2.    Diagnosis

a.    Manifastasi klinik

b.    Pemeriksaan mikroskopik

c.    Pemeriksaan cepat

 

                     

 


3.    Gejala Umum Malaria

Trias Malaria : Demam, menggigil dan berkeringat

a.    Periode dingin

Menggigil, kulit dingin kering, pucat, sianosis, berlangsung 15-60 menit

b.    Periode panas

Muka merah, kulit panas kering, nadi cepat, respirasi meningkat, nyeri kepala, muntah-muntah, syok, delirium sampai kejang, berlangsung hingga 2 jam atau lebih

c.    Periode berkeringat

Temporal sampai seluruh tubuh, temperature turun, kelelahan, tertidur, bangun sehat dan melakukan aktivitas biasa

 

4.    Prinsip Pengobatan Malaria

a.    Penemuan penderita secara dini

b.    Mengurangi/membasmi parasitemia

c.    Mencegah komplikasi dan kematian

d.    Mencegah penyakit kambuh

e.    Mengurangi penularan

 

D.     Kegiatan Surveilans Malaria di KKP Makassar

1.    Metode Pelaksanaan Surveilans Migrasi Tahun 2016

Dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara aktif dan pasif

 

NO

LOKASI

Jumlah Yang Diperiksa

Hasil Pemeriksaan

KET

L

P

POSITIF

NEGATIF

1.

Pelabuhan Parepare

26

9

0

35

 

2.

Pelabuhan Simboro Mamuju

17

10

0

27

 

3.

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin

3

0

1

2

 

 

Ket:

Hasil : 1 orang ditemukan positif malaria di Wilker Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada tanggal 2 Oktober 2016 atas nama Robert Nicolas Ruru yang berasal dari Nabire dinyatakan Positif (dengan pemeriksaan RDT). Yang bersangkutan akan melanjutkan perjalanan menuju Labuan Lelea, Kec. Labuan, Kab. Donggala, Palu. Sudah diberikan notifikasi pada tanggal 3 Oktober 2016 dengan tujuan Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, Dinkes Kabupaten Donggala dan KKP Kelas III Palu.

 

2.    Alat yang digunakan adalah Rapid Diagnostik Test (RDT)

Kelebihan Rapid Test :

a.      Lebih sederhana & mudah diinterpretasikan. Variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pembaca yang satu dengan yang lainnya

b.      Tidak memerlukan listrik dan tidak memerlukan pelatihan khusus

c.      Dapat disimpan pada temperatur kamar (usahakan tidak terkena cahaya matahari secara langsung). Dianjurkan disimpan pada lemari pendingin pada suhu 4°C 

d.      Dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit bersekuestrasi pd kapiler darah

e.      RDT sangat berguna untuk early diagnosis (di daerah terpencil dan pd UGD) à berguna untuk prompt treatment.


3.    Biaya Pelaksanaan Surveilans Migrasi

-       Penumpang yang dilakukan pemeriksaan malaria tidak dipungut biaya

-       Biaya untuk petugas yang melakukan surveilans migrasi dibebankan pada DIPA KKP Kelas I Makassar

 

4.      Rencana Kegiatan Tahun 2017

a.  Sosialisasi Surveilans Malaria dengan Lintas Sektor Pelabuhan/Bandara

b.  Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif

Rencana dilaksanakan di beberapa wilayah kerja diantaranya:

1). Wilker Pelabuhan Laut Makassar

     2). Wilker Pelabuhan Mamuju

     3). Pos Pelabuhan Bira Bulukumba

     4). Wilker Pare-Pare

     5). Pos Pelabuhan Paotere

c.  Penemuan Kasus Malaria Secara Pasif

Dilaksanakan di Wilker Bandara dengan menunggu penumpang datang memeriksakan diri / penumpang yang demam dan datang dari daerah endemis.

 

E.     Situasi Malaria di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

 

 

 

PETA ELIMINASI MALARIA DI SULAWESI SELATAN

NO

SUDAH ELIMINASI

TAHUN

BELUM ELIMINASI

1

Bantaeng

2014

Bulukumba

2

Barru

2014

Enrekang

3

Bone

2014

Luwu

4

Gowa

2014

Luwu Timur

5

Jeneponto

2014

Luwu Utara

6

Makassar

2014

Pangkep

7

Maros

2014

Selayar

8

Palopo

2014

Sinjai

9

Pare-Pare

2014

Tator

10

Pinrang

2015

Toraja Utara

11

Sidrap

2014

 

12

Soppeng

2014

 

13

Takalar

2015

 

14

Wajo

2014

 

Sumber: Data Sekunder Tahun 2016

 

PETA ELIMINASI MALARIA DI SULAWESI BARAT

NO

SUDAH ELIMINASI

TAHUN

BELUM ELIMINASI

1

Polewali Mandar

2015

Mamuju




Mamju Tengah




Majene




Mamasa




Mamuju Tengah

Sumber: Data Sekunder Tahun 2016

 

Tabel diatas menunjukkan bahwa sudah 14 (58,33%) kabupaten di Sulawesi Selatan yang sudah eliminasi malaria dan 10 (41,67%) kabupaten yang belum eliminasi. Untuk Sulawesi Barat baru 1 kabupaten yang sudah eliminasi dari 6 kabupaten.



                                                                                   
                    
                                                                 

Sumber : Lap. SKDR


Grafik diatas menunjukkan jumlah malaria konfirmasi di Sulawesi Selatan minggu ke 1  sampai minggu ke 3 sebanyak 26 kasus, tertinggi di Kabupaten Toraja Utara yaitu 6 kasus. Sulawesi Barat sebanyak 28 kasus, tertinggi di Kabupaten Polewali Mandar.yaitu 24 kasus.

 

F.    Tantangan Pelaksanaan Surveilans Migrasi

1.    Penumpang menolak diperiksa karena mereka mau pulang cepat ataumengurus barang

2.    Boarding, berisiko bagi petugas

3.    Penumpang yang demam , kadang tidak melapor karena takut ditahan

 

 

G.    Kesimpulan

1.    Kegiatan Surveilans Migrasi di KKP Kelas I Makassar sudah berjalan sejak tahun 2016

2.    Penemuan kasus malaria dilaksanakan secara aktif dan pasif

3.    Kabupaten/Kota yang bebas malaria di Sulawesi Selatan sebanyak 14 Kab/Kota

4.    Kabupaten yang bebas malaria di Sulawesi Barat sebanyak 1 Kabupaten

 

H.   Daftar Pustaka

Dirjen P2P (2016).Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Surveilans Migrasi di Pelayanan Kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Web Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon 2017

www.skdrsurveilans.org tanggal 27 Januari 2017

 

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?