News Details

BBKK Makassar Pimpin Kesiapsiagaan Kesehatan Dalam Airport Emergency Exercise 2025 di Bandara Sultan Hasanuddin

Info
dikirim pada Sep 17, 2025 12:00 AM
oleh: dr. H. ABBAS ZAVEY NURDIN , Sp.Ok, MKK

Maros - Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Makassar kembali menunjukkan kiprahnya sebagai koordinator kesehatan utama dalam pelaksanaan Airport Emergency Exercise (AEE) 2025 yang dilaksanakan oleh PT Angkasa Pura Indonesia di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Latihan yang berlangsung pada 15–16 September 2025 ini menghadirkan rangkaian simulasi darurat mulai dari kecelakaan pesawat, kebakaran gedung, hingga ancaman sabotase dan penyanderaan, dengan melibatkan berbagai unsur kesehatan, keamanan, kebandarudaraan, dan penanggulangan bencana.

 

Kegiatan dimulai pada hari Senin, 15 September 2025 yang diawali dengan apel bersama di Terminal Kedatangan Bandara Sultan Hasanuddin. Seluruh peserta, observer, tim penilai, dan undangan hadir untuk menyaksikan pembukaan Table Top Exercise. Pada tahap ini, para peserta diajak membahas skenario kecelakaan pesawat yang melibatkan ratusan korban. Diskusi mencakup langkah awal evakuasi, sistem komunikasi darurat, serta mekanisme triase yang dilakukan di lapangan.

 

Dalam skenario crash landing, jumlah korban yang disimulasikan mencapai 356 orang. Dari jumlah tersebut, 134 dinyatakan selamat dan luka ringan, 80 mengalami luka sedang, 53 luka berat, dan 89 meninggal dunia. BBKK Makassar bersama ARFF (Airport Rescue and Firefighting) dan Basarnas memastikan seluruh proses triase berjalan menggunakan metode START (Simple Triage and Rapid Treatment) agar korban dapat dipilah sesuai tingkat kegawatannya. Setelah melalui triase, korban akan dievakuasi menuju tenda merah, kuning, atau hijau untuk mendapatkan tindakan, selanjutnya dilakukan rujukan ke rumah sakit jejaring, serta korban yang meninggal ditangani di triase hitam oleh tim Disaster Victim Identification (DVI)

 

Table Top Exercise ini juga menjadi ruang koordinasi untuk menguji sistem rantai komando darurat. Setiap instansi memaparkan perannya, mulai dari ARFF, Basarnas, TNI, Polri, hingga unsur kesehatan yang dikoordinasikan langsung oleh BBKK Makassar. Evaluasi sementara menunjukkan bahwa mekanisme komunikasi lintas sektor sudah berjalan baik.

 

Selain kecelakaan pesawat, skenario lain yang dibahas pada hari pertama adalah kebakaran di Hotel Cordia yang berada di kawasan bandara. Dalam simulasi ini, korban terdiri dari tamu hotel dan staf yang harus dievakuasi dari gedung yang dipenuhi asap pekat. Tim pemadam bekerja sama dengan tenaga medis untuk mengevakuasi korban, memberikan pertolongan pertama, serta menangani korban dengan inhalasi asap maupun luka bakar.

 


Pada hari kedua, 16 September 2025, kegiatan dilanjutkan dengan Full Scale Exercise yang melibatkan simulasi lapangan secara penuh. Sejak pagi, seluruh tim dikerahkan untuk melaksanakan berbagai skenario darurat. Latihan pertama adalah simulasi kecelakaan pesawat yang memerlukan penanganan mass casualty secara cepat dan terkoordinasi. BBKK Makassar memimpin koordinasi sektor kesehatan dengan menempatkan tim medis di area triase dan tenda-tenda penanganan.

 

Peralatan medis darurat seperti oksigen, infus, spalk, obat emergensi, hingga tandu disiapkan di setiap pos. Tim evakuator bekerja sama dengan ARFF dan Basarnas untuk membawa korban dari lokasi jatuhnya pesawat menuju collecting area. Selanjutnya, korban dipindahkan ke tenda triase sesuai kategori kegawatannya sebelum dilakukan rujukan ke rumah sakit terdekat.

 

Sejumlah rumah sakit dan instansi kesehatan yang terlibat dalam jejaring ini antara lain RS Dody Surjoto, Puskesmas Mandai, RS Palaloi Maros, RSOJ Pertamina, Dinas Kesehatan Maros, RS Tadjuddin Chalid, RSUD Daya, RSUD Sayang Rakyat, RS UNHAS, PSC 119 Makassar, Puspen Krisis Penanggulangan Sulsel, RS Siloam, RS Primaya, RS Haji, RS Labuang Baji, RS Grestelina, RS Bhayangkara, serta tim DVI. Keterlibatan mereka memastikan rantai pelayanan medis berjalan cepat dan terpadu.

 

Tidak hanya berhenti pada kecelakaan pesawat, latihan juga menghadirkan simulasi ancaman keamanan berupa sabotase dan penyanderaan. Skenario dimulai ketika terjadi pemadaman listrik di bandara, yang mengakibatkan lumpuhnya sistem keamanan X-ray. Pemeriksaan manual menemukan senjata api rakitan di bagasi penumpang, dan situasi berkembang menjadi penyanderaan oleh kelompok terduga teroris.

 

Manajemen bandara segera mengaktifkan Emergency Operation Center (EOC) dan menyerahkan kendali kepada Danlanud Sultan Hasanuddin. Pasukan Kopasgat TNI AU dan Pom AU dikerahkan bersama tim negosiator untuk membebaskan sandera. Setelah negosiasi gagal, operasi penyelamatan dilakukan dan para pelaku berhasil dilumpuhkan. Tim kesehatan segera menangani korban penyanderaan dan memberikan perawatan medis darurat. Dalam simulasi tersebut, RS Bhayangkara Makassar menjadi salah satu rumah sakit rujukan yang menampung korban penyanderaan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Kehadiran jejaring fasilitas kesehatan ini membuktikan bahwa kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat bandara adalah hasil kerja sama lintas sektor. Sinergi antara otoritas bandara, aparat keamanan, tenaga medis, rumah sakit, hingga lembaga penanggulangan krisis menjadi kunci utama keberhasilan simulasi.

 

BBKK Makassar menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan di pintu masuk negara. Latihan ini menjadi momentum penting untuk menguji dan memperbaiki mekanisme yang ada, sehingga dapat menjawab tantangan nyata jika keadaan darurat benar-benar terjadi.

 


Koordinator Latihan bagian Kesehatan dr. Abbas Zavey Nurdin, Sp.ok.,MKK menekankan bahwa aspek kesehatan harus berjalan sesuai standar internasional. “Latihan ini menjadi momentum untuk memastikan semua pihak bergerak cepat, terkoordinasi, dan tepat sasaran dalam menghadapi keadaan darurat. Peran BBKK Makassar adalah memastikan seluruh aspek medis, mulai dari triase hingga rujukan berjalan optimal.”

 

Dengan terlaksananya Airport Emergency Exercise 2025, seluruh pihak diharapkan semakin siap menghadapi berbagai potensi kedaruratan di bandara. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata bahwa koordinasi lintas sektor merupakan fondasi utama dalam menjaga keselamatan dan kesehatan masyarakan di pintu masuk Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. (Abbas)

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?