News Details
![](https://bbkkmakassar.kemkes.go.id/assets/img/news/aef85e77aaed3bdba13b93f090885cfd.png)
Transisi Epidemiologi dan Pergeseran Pola Penyakit
Kondisi geografis dan lingkungan di Indonesia yang
beraneka ragam, menimbulkan ‘disparitas’
pola dan gaya hidup berbeda satu sama lainnya, kondisi ini berpotensi menciptakan
transisi epidemiologi penyakit antar satu kawasan dengan kawasan lainnya.
Transisi yang dimaksud adalah perubahan distribusi dan faktor risiko/penyebab dan
menimbulkan masalah kesehatan yang baru, ditandai dengan terjadinya perubahan frekuensi dan pergeseran pola
penyakit di masyarakat. Transisi epidemiologi di Indonesia berefek pada beban pelayanan ‘triple burden’ masalah kesehatan di masyarakat, antara lain
penanganan penyakit infeksi, penyakit
non infeksi dan penanganan masalah penyakit-penyakit kronis. Pergeseran pola
penyakit sebagai penyebab kematian, telah terjadi perubahan signifikan, yakni
tren peningkatan penyakit-penyakit tidak
menular dari 41% tahun sebelumnya menjadi 59,5%, dan tren penurunan penyakit-penyakit menular dari 44% tahun
sebelumnya menjadi 26,1% (Riskesda, Depkes,
2012).
Transisi
epidemiologi di Indonesia ditandai dengan
tren peningkatan penyakit non infeksi di satu pihak, saat bersamaan
pengendalian penyakit-penyakit infeksi belum optimal, seperti malaria, DBD, TB,
diare dan ISPA , dan di lain pihak juga terjadi tren peningkatan angka penyakit
menular baru (new comunicable disease)
seperti HIV (1981), SARS (2003), Avian Influenza (2004), H1N1 (2009), dan
bukan tidak mungkin (kalau tidak diproteksi) dalam waktu dekat virus Ebola dan
Mers-CoV akan menyambangi Indonesia, mengingat tingginya mobilitas penduduk dari
dan ke negeri endemik kedua jenis virus tersebut. Penyakit-penyakit ini berpotensi memunculkan ‘kedaruratan baru’
sehingga sering disebut ‘new emerging
disease’, salah satu faktor determinannya adalah, virus yang teridentifikasi
mengalami mutasi gen dari virus terdahulu, virus-virus ini sangat kuat dan
tahan terahadap obat-obatan, sehingga serangan
virus terhadap penderita
virulensinya tinggi serta case fatality
rate (CFR) juga cukup tinggi. Virus ini awal-mula ‘menjalar’ kejadiannya
diidentifikasi terbawa penderita dari luar ‘import disease’, tapi karena iklim
dan alam geografis Indonesia cukup
kondusif serta memberi peluang virus
(penyakit) tersebut menjadi endemik dan menetap di Indonesia.
Aging population
Tujuan
utama pembangunan nasional jangka menengah dan panjang di bidang kesehatan
adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satu indikator
adalah meningkatnya usia harapan ‘life-expectancy’ hidup (UHH) setiap penduduk
Indonesia diperkirakan 73,7 tahun dicapai pada tahun 2025. Berdasarkan data dari badan pusat statistik
(BPS), UHH sekarang 70,1 tahun (2010-2015), terdapat peningkatan dari periode tahun sebelumnya (2005-2010) hanya
69,1 tahun. Dengan semakin meningkatnya UHH penduduk Indonesia, konsekuensi
logis yang harus dihadapi adalah terjadinya
dinamika pergeseran interaksi kehidupan di tengah masyarakat, termasuk perubahan pola penyakit,
pola pengobatan dan pelayanan kesehatan di masyarakat disertai
meningkatnya upaya rehabilitatif.
Meningkatnya
insiden penyakit yang terkait usia atau penuaan ditandai dengan struktur piramida penduduk
kita yang tidak lagi mengerucut, tapi komposisi proporsi penduduk dengan usia
lanjut ‘aging population’ mengalami peningkatan
signifikan. Penyakit terkait penuaan ‘geriatric’ ini, bisa ditemukan
dengan semakin besarnya proporsi populasi mengalami penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus (DM), stroke,
penyakit jantung koroner yang diawali dengan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
obesitas dan beberapa penyakit lainnya. Penyakit degeneratif tersebut merupakan
penyakit tidak menular yang perlangsungannya lama atau kronis. Kondisi ini
cukup serius sehingga badan kesehatan dunia (WHO, 2009) mengeluarkan ‘warning’
penyelamatan penduduk dari ‘global epidemic degenerative disease’, kampanye WHO bertujuan menyelamatkan kehidupan sekitar 36
juta penduduk dari ancaman kematian karena penyakit degeneratif sampai tahun
2015. Beberapa faktor dianggap berperan dalam meningkatnya penyakit degeneratif
pada penduduk usia lanjut, antara lain penurunan fungsi metabolisme hormon yang
mengatur disribusi lemak dalam tubuh, hal ini meyebabkan seringnya lemak
berkumpul di bagian tubuh tertentu (misalnya hanya di perut), juga menurunnya
elastisitas pembuluh darah karena penuaan dan berkurangnya sirkulasi zat
nutrisi dan oksigen oleh aliran darah ke seluruh bagian organ tubuh.
Tren
penyakit usia muda
Beberapa hasil
penelitian dan data Riskesda, 2013, menunjukkan bahwa penyakit kronis seperti hipertensi
dan jantung koroner, gagal ginjal, diabetes mellitus, stroke dan kanker mengalami
peningkatan prevalensi dari waktu ke waktu pada penduduk di usia relatif muda (15 – 44 tahun). Pola penyakit
seperti ini biasanya banyak dijumpai pada penderita dengan usia yang sudah lanjut,
tapi polanya sudah mulai berubah dengan
merambah masuk ke golongan penduduk usia muda. Beberapa faktor risiko sebagai
pemicu, bisa disebutkan antara lain faktor genetik dan riwayat keluarga, pergaulan
dan gaya hidup seperti merokok dan alkoholik serta pola makan serba ‘instan`
dan siap saji (fastfood). Intake rendah
serat, kurangnya aktifitas fisik, hidup dalam lingkungan dengan tuntutan dan tekanan
hidup yang tinggi serta terbatasnya waktu untuk relaksasi.
Transisi
Pergeseran
pola penyakit terjadi seiring dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat, dampak
industrialisasi dan globalisasi, faktor gaya hidup, serta meningkatnya usia harapan
hidup penduduk Indonesia. Tentunya pergeseran ini berdampak pada perubahan pola
pelayanan kesehatan di semua level tingkatan.
Transisi
epidemiologi telah terjadi dan diprediksi berlangsung dalam waktu yang cukup
lama !!!
Latest News
- KEMITRAAN DIKLAT BBKK MAKASSAR DILEBARKAN DENGAN KERJASAMA PENDIDIKAN NON KESEHATAN
- PERKUAT IMPLEMENTASI KEKARANTINAAN KESEHATAN, BBKK MAKASSAR MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
- Tingkatkan Keamanan Pangan, BBKK Makassar Laksanakan Edukasi bagi Penjamah Makanan di Lingkungan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
- Upaya Tingkatkan Implementasi SSm Pengangkut : KSOP Makassar gelar Rapat Koordinasi
- PENGAWASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN PENYAKIT MENULAR DI BALAI BESAR KARANTINA HEWAN, IKAN DAN TUMBUHAN (BBKHIT) WILKER PELABUHAN MAKASSAR