News Details
![](https://bbkkmakassar.kemkes.go.id/assets/img/news/a19323be2a84f458e306134579bc7ac2.jpg)
PEMERIKSAAN (RDT) RAPID DIAGNOSTIK TEST MALARIA PADA PENUMPANG DAN AWAK KAPAL DI PELABUHAN BAJOE
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Makassar Sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam melaksanakan Peta Proses Bisnisnya berkewajiban untuk menyukseskan Indonesia Bebas Malaria 2030 atau Eliminasi Malaria Nasional.
KKP sebagai penjaga pintu masuk (Point of Entri) mempunyai peran cukup vital dalam menjaga kedaulatan negara dalam hal ini mencegah keluar masuknya penyakit. Upaya yang dilakukan harus secara terus menerus dan berkesinambungan guna mengantisipasi potensi resiko baik wabah maupun kejadian luar biasa terhadap penyakit menular.
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini membawa parasit Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh dan menempati organ hati. Penyakit ini dikategorikan sebagai endemi yang pencegahan dan penangannya masih terus diupayakan di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari upaya menekan dan mencegah penularan penyakit malaria maka berdasarkan surat tugas No SR.03.04/2.2/5222/2021 tanggal 27 Oktober 2021, telah dilakukan pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) pada tanggal 27 - 29 Oktober 2021 terhadap penumpang dan awak kapal di Pelabuhan Bajoe.
Sebelum pelaksananan kegiatan dilakukan briefing yang dipimpin langsung oleh Bapak dr. Muh. Haskar Hasan, M.Kes selaku Plt Kepala KKP Kelas I Makassar. Pada kesempatan tersebut disampaikan beberapa pandangan kepada seluruh tim yang akan melakukan pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) bahwa hal ini merupakan tindakan deteksi dini sebagai upaya cegah tangkal selain itu agar memberi edukasi dan pemahaman dengan baik kepada para penumpang terkait tindakan yang akan dilakukan. Pada kesempatan yang sama ibu Dra. Aisyah Sufrie, MSc.PH selaku koordinator Substansi Pengendalian Karantina Dan Surveilans Epidemiologi (PKSE) juga menyampaikan bahwa untuk teknis kegiatan agar mendahulukan pendekatan yang lebih humanis dan lebih adaptif dengan kondisi lapangan yang bisa saja berubah dan berbeda dengan apa yang diharapkan demi menghindari kesalahpahaman dan kelancaran pelaksanaan kegiatan.
Begitu briefing selesai, tim kemudian mempersiapkan alat bahan pemeriksaan dan menuju Pelabuhan Penyeberangan Bajoe sebagai titik lokasi untuk pelaksanaan kegiatan. Saat tiba di lokasi tim menghadapi kendala karena kapal datang yang seharusnya tiba pukul 18.30 wita harus mundur menjadi pukul 21.30 wita, hal ini terjadi karena adanya penertiban terkait kendaraan yang kelebihan dimensi dan kelebihan muatan akibatnya kapal yang datang harus berlabuh untuk sementara waktu sambil menunggu penertiban yang sedang berlangsung.
Kegiatan yang berlangsung di pelataran terminal penumpang Pelabuhan Bajoe
dimana sasarannya adalah penumpang yang datang dari Pelabuhan Kolaka, demikian
juga kepada awak kapal yang pelaksanaan pemeriksaannya dilakukan diatas kapal
yang sandar di dermaga penyeberangan.
Dalam pemeriksaan rapid diagnostic
test (RDT) pengambilan sampel yang digunakan yaitu “accidental sampling yaitu penumpang tiba diambil secara acak
sederhana yang kebetulan ada ditempat. Metode ini digunakan pada populasi yang
banyak dan terukur dengan mengurangi jumlah objek atau orang yang diteliti,
jumlah tenaga (SDM) yang terlibat, waktu yang diperlukan dan biaya yang
dikeluarkan namun tetap menonjolkan sifat-sifat umum populasi” ujar Nur
Magfirah, SKM, M.Kes. Sebanyak 105 orang yang berhasil diperiksa hasilnya
negatif yang terdiri dari 34 sampel dihari pertama dan 71 sampel hari
berikutnya.
Masih dari Nur Magfirah. SKM, M.Kes yang juga selaku Sub Koordinator Sub Substansi Surveilans dan Epidemiologi “dalam Kajian surveilans migrasi malaria tetap melihat gambaran hasil pemeriksaan secara umum berdasarkan umur, jenis kelamin, daerah asal dan daerah tujuan penumpang. Hasil analisis tersebut menjadi rencana tindak lanjut kegiatan yang berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kasus importasi di wilayah yang sudah bebas malaria khususnya di Wilayah Pelabuhan Bajoe".
Mengingat mobilitas pelaku perjalanan di Pelabuhan Bajoe yang cukup
tinggi dengan hasil yang ada, mengharuskan kita untuk selalu meningkatkan
kewaspadaan dalam mewujudkan cegah tangkal penyakit. sehingga kedepan kegiatan
seperti ini harus terus dilakukan dalam menyongsong Indonesia Bebas Malaria
2030.
Latest News
- KEMITRAAN DIKLAT BBKK MAKASSAR DILEBARKAN DENGAN KERJASAMA PENDIDIKAN NON KESEHATAN
- PERKUAT IMPLEMENTASI KEKARANTINAAN KESEHATAN, BBKK MAKASSAR MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
- Tingkatkan Keamanan Pangan, BBKK Makassar Laksanakan Edukasi bagi Penjamah Makanan di Lingkungan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
- Upaya Tingkatkan Implementasi SSm Pengangkut : KSOP Makassar gelar Rapat Koordinasi
- PENGAWASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN PENYAKIT MENULAR DI BALAI BESAR KARANTINA HEWAN, IKAN DAN TUMBUHAN (BBKHIT) WILKER PELABUHAN MAKASSAR