News Details

Musim hujan dan Kaitannya dengan Leprospirosis dan Chikungunya

Info
dikirim pada Dec 10, 2015 5:23 PM
oleh:

Musim hujan sudah menyapa kita, banyak hal yang bisa melanda masyarakat, tidak hanya banjir yang seakan sudah menjadi tradisi dan tamu wajib bagi sebagian kalangan masayarakat baik itu di kota – kota besar yang drainasenya buruk, tetapi juga masyarakat di daerah pedesaan yang biasa terkena dampak bajir akibat luapan sungai. Selain banjir, penyakit pun seakan menjadi momok yang tidak bisa di elakkan misalnya flu, diare dan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Selain penyakit di atas, masih ada beberapa penyakit lagi yang seharusnya menjadi pusat perhatian ketika musim hujan datang, yaitu Leptospirosis dan Chikungunya


1.    Leptospirosis

 

Apa itu Leptospirosis ?

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira sp yang berbentuk spiral, menyerang manusia dan hewan. Bakteri ini ditemukan di air seni hewan. Bakteri leptospira ini memiliki ratusan serotipe. Nama-nama serotipe ini sebagian diambil dari nama penderita ataupun tempat di Indonesia, seperti serotipe harjo, mankarso, naam, sarmin, djasiman, sentot, rachmati, paijan, bangkinang, dan binjei.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala yang muncul berupa panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Oleh Goldsmith (1887), penyakit tersebut disebut sebagai Weil’s Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.


Bagaimana Cara Penularan Penyakit Leptospirosis pada Manusia?

Penularan penyakit ini dapat melalui perantara hewan yang menyusui, seperti tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, kelelawar, dan tupai. Penularannya dapat terjadi melalui air seni. Sebagai contoh, air kencing tikus yang terbawa banjir, masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya pada saat mencuci muka). Penularannya dapat juga terjadi melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi setetes urine tikus yang terinfeksi leptospira yang kemudian dimakan/ diminum oleh manusia. Urine tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di kamar mandi ataupun makanan yang tidak disimpan di tempat yang aman. Bagi Anda yang sering menyentuh binatang atau air, lumpur, tanah dan tanaman yang telah dicemari air kencing binatang, perlu meningkatkan kewaspadaan. Beberapa pekerjaan misalnya pekerjaan petani, dokter hewan, karyawan pejagalan serta petani tebu dan pisang, memiliki kecenderungan memiliki kontak dengan penyakit ini. Aneka kegemaran yang menyangkut sentuhan dengan air atau tanah yang tercemar pun dapat pula menularkan leptospirosis, misalnya saja berkemah, berkebun, berkelana di hutan, berakit di air berjeram, dan olahraga air yang lain. Karena terdapat banyak jenis kuman Leptospira yang berlainan, mungkin saja seorang terkena jenis yang lain dan mendapat Leptospirosis lagi.

Perlu diperhatikan bahwa penyakit leptospirosis tidak menular dengan bersentuhan secara langsung dari pasien satu ke pasien yang lain. Meskipun jarang, leptospirosis dapat ditularkan kepada orang lain, misalnya melalui kelamin atau air susu ibu. Kuman Leptospira dapat ditularkan lewat air seni selama berbulan-bulan setelah terkena.

Bagaimana Gejala dari Penyakit Leptospirosis?

Penyakit ini ditandai dengan munculnya berbagai gejala, yaitu demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, hingga mencret. Gejala ini mirip dengan gejala ketika kita masuk angin, flu, ataupun typhus. Apabila penderita telah mengalami gejala yang semakin parah, bukannya mereda, justru muncul gejala lainnya, yaitu nyeri luar biasa yang terjadi di sekujur badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup duduk atau berdiri. Adapula penderita leptospirosis yang lebih lanjut mengalami penyakit parah, termasuk penyakit Weil (gagal ginjal), sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir. Selain itu, terjadi pula pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru. Kebanyakan penderita yang telah menderita penyakit ini dengan tingkat sangat parah memerlukan rawat inap.

Seorang dokter mulai mencurigai leptospirosis pada seseorang yang muncul gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan di atas, biasanya 1-2 minggu setelah terkena. Penyakit ini lebih dipertegas dengan diagnosa contoh darah sebagai bukti apakah seseorang terkena kuman ini atau tidak. Pada umumnya diperlukan 2 kali contoh darah selang 2 minggu untuk dapat mendiagnosa. Ada kalanya kuman bisa dibiakkan dari darah, cairan tulang punggung ke otak dan air seni.

Umumnya, leptospirosis diobati dengan antibiotika seperti doxycycline atau penicillin. Mengingat ujicoba dari penyakit ini cukup memakan waktu dan penyakitnya mungkin parah, dokter biasanya akan mulai memberi antibiotika tersebut sebelum memastikannya dengan ujicoba. Pengobatan dengan antibiotika dianggap paling efektif jika dimulai sejak dini.

Bagaimana Potensi Minuman Kaleng dalam Penularan Penyakit Leptospirosis?

Makanan dan minuman di gudang, di warung, toko kelontong, supermarket, dan dapur, berpeluang untuk dikencingi tikus. Apabila tikus tersebut terinfeksi leptospira, kencingnya akan mencemari makanan dan minuman yang berakibat menularkan penyakit leptospirosis.

Makanan dan minuman berkaleng yang telah dikencingi tikus berpenyakit ini, kemungkinan akan menularkan bakterinya ke dalam tubuh. Bakteri leptospira yang menempel pada tutup kaleng akan ikut tertelan apabila kita tidak membersihkan tutup kaleng terlebih dahulu sebelum membuka dan justru menenggaknya langsung.

Kemungkinan lainnya dapat terjadi melalui perantara gula pasir. Apabila karung goni gula pasir dikencingi tikus yang terkena leptospira, bakteri ini akan mencemari gula pasir yang terdapat di dalam karung. Gula pasir yang mengandung bakteri ini akan menularkan penyakit leptospirosis ke dalam tubuh apabila kita mengkonsumsinya. (http://sehatnesia.com/122/gejala-dan-obat-leptospirosis/)

2.    Chikungunya

 

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan kasus chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat celsius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue.

Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya)

 

Gejala  Chikungunya yang sering kali kita jumpai yaitu berupa demam seperti halnya penyakit infeksi lainnya. Demam dapat berlangsung 1 hingga 7 hari (biasanya 5 hari). Penyebab Penyakit Cikungunya ini  adalah virus dari genus Alphavirus, Family Togaviridae. Virus tersebut dapat meng-Infeksi manusia melalui gigitan nyamuk aedes albopictus dan aedes aegypti (nyamuk yang sama dengan penyebab demam berdarah). Lebih lengkap, Karakteristik atau Gejala Chikungunya berupa : Demam mendadak tinggi Sakit pada persendian (khas) terutama pada lengan dan lutut Nyeri pinggang Sakit kepala Ruam pada kulit tubuh Siklus Penularan Cikungunya Apakah penyakit Chikungunya mematikan? Di Indonesia, chikungunya tidak pernah dilaporkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi, sesetengah dari penderita mengalami gejala yang berkepanjangan. Penderita berusia tua dapat mengalami sakit berulang pada sendi yang dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun

Bagaimana mengobati Penyakit Chikungunya? Tidak ada perawatan khusus pada penyakit Chikungunya ini, Seperti hal nya pada penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh virus. Pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis, artinya untuk mengobati gejala yang ditimbulkannya saja seperti mengobati demam, nyeri sendi, sakit kepala, dll., serta meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, kebanyakan dokter menyarankan untuk rawat jalan saja bagi penderita cikungunya ini. Apa yang harus diwaspadai jika terjangkit penyakit Chikungunya? Jika mengalami tanda-tanda dan gejala penyakit chikungunya seperti disebutkan diatas, segera memeriksakan diri ke klinik atau Rumah sakit terdekat. Cara mencegah penyakit chikungunya : Mencegah penyakit chikungunya otomatis mencegah juga penyakit demam berdarah karena penyebab kedua penyakit ini adalah nyamuk yang sama. Selalu bersihkan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk sehingga bebas dari nyamuk Aedes. Periksa rumah dan lingkungan sekitar sekurang-kurangnya seminggu sekali untuk memastikan tidak ada pembiakan nyamuk Aedes. Segera memeriksakan diri ke klinik atau Rumah sakit terdekat apabila mengalami tanda dan gejala penyakit chikungunya. (
http://mediskus.com/penyakit/semua-tentang-penyakit-chikungunya)   

 

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?