News Details

Musim hujan dan Kaitannya dengan Leprospirosis dan Chikungunya
Musim hujan sudah
menyapa kita, banyak hal yang bisa melanda masyarakat, tidak hanya banjir yang
seakan sudah menjadi tradisi dan tamu wajib bagi sebagian kalangan masayarakat
baik itu di kota – kota besar yang drainasenya buruk, tetapi juga masyarakat di
daerah pedesaan yang biasa terkena dampak bajir akibat luapan sungai. Selain
banjir, penyakit pun seakan menjadi momok yang tidak bisa di elakkan misalnya
flu, diare dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Selain penyakit di atas, masih ada beberapa penyakit lagi yang seharusnya menjadi pusat perhatian ketika musim hujan datang, yaitu Leptospirosis dan Chikungunya
1. Leptospirosis
Apa itu Leptospirosis ?
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira sp
yang berbentuk spiral, menyerang manusia dan hewan. Bakteri ini ditemukan di
air seni hewan. Bakteri leptospira ini memiliki ratusan serotipe. Nama-nama
serotipe ini sebagian diambil dari nama penderita ataupun tempat di Indonesia, seperti serotipe
harjo, mankarso, naam, sarmin, djasiman, sentot, rachmati, paijan, bangkinang,
dan binjei.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala yang muncul berupa panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Oleh Goldsmith (1887), penyakit tersebut disebut sebagai Weil’s Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.
Bagaimana Cara Penularan Penyakit Leptospirosis pada Manusia?
Penularan penyakit ini dapat melalui perantara hewan yang
menyusui, seperti tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung,
kelelawar, dan tupai. Penularannya dapat terjadi melalui air seni. Sebagai
contoh, air kencing tikus yang terbawa banjir, masuk ke dalam tubuh manusia
melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya
pada saat mencuci muka). Penularannya dapat juga terjadi melalui makanan atau
minuman yang telah terkontaminasi setetes urine tikus yang terinfeksi
leptospira yang kemudian dimakan/ diminum oleh manusia. Urine tikus yang
mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di kamar mandi
ataupun makanan yang tidak disimpan di tempat yang aman. Bagi Anda yang sering
menyentuh binatang atau air, lumpur, tanah dan tanaman yang telah dicemari air
kencing binatang, perlu meningkatkan kewaspadaan. Beberapa pekerjaan misalnya
pekerjaan petani, dokter hewan, karyawan pejagalan serta petani tebu dan
pisang, memiliki kecenderungan memiliki kontak dengan penyakit
ini. Aneka kegemaran yang menyangkut sentuhan dengan air atau tanah yang
tercemar pun dapat pula menularkan leptospirosis, misalnya saja berkemah,
berkebun, berkelana di hutan, berakit di air berjeram, dan olahraga air yang
lain. Karena terdapat banyak jenis kuman Leptospira yang berlainan, mungkin
saja seorang terkena jenis yang lain dan mendapat Leptospirosis lagi.
Perlu diperhatikan bahwa penyakit leptospirosis tidak
menular dengan bersentuhan secara langsung dari pasien satu ke pasien
yang lain. Meskipun jarang, leptospirosis dapat ditularkan kepada orang lain,
misalnya melalui kelamin atau air susu ibu. Kuman Leptospira dapat ditularkan
lewat air seni selama berbulan-bulan setelah terkena.
Bagaimana Gejala dari Penyakit Leptospirosis?
Penyakit ini ditandai dengan munculnya berbagai gejala, yaitu
demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering,
mual, muntah, hingga mencret. Gejala ini mirip dengan gejala ketika kita masuk
angin, flu, ataupun typhus. Apabila penderita telah mengalami gejala yang
semakin parah, bukannya mereda, justru muncul gejala lainnya, yaitu nyeri luar
biasa yang terjadi di sekujur badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup
duduk atau berdiri. Adapula penderita leptospirosis yang lebih lanjut mengalami
penyakit parah, termasuk penyakit Weil (gagal ginjal), sakit kuning
(menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke
kulit dan selaput lendir. Selain itu, terjadi pula pembengkakan selaput otak
atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru. Kebanyakan penderita yang telah
menderita penyakit ini dengan tingkat sangat parah memerlukan rawat inap.
Seorang dokter mulai mencurigai leptospirosis pada seseorang
yang muncul gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan di atas, biasanya 1-2
minggu setelah terkena. Penyakit ini lebih dipertegas dengan diagnosa contoh
darah sebagai bukti apakah seseorang terkena kuman ini atau tidak. Pada umumnya
diperlukan 2 kali contoh darah selang 2 minggu untuk dapat mendiagnosa. Ada
kalanya kuman bisa dibiakkan dari darah, cairan tulang punggung ke otak dan air
seni.
Umumnya, leptospirosis diobati dengan antibiotika seperti
doxycycline atau penicillin. Mengingat ujicoba dari penyakit ini cukup memakan
waktu dan penyakitnya mungkin parah, dokter biasanya akan mulai memberi
antibiotika tersebut sebelum memastikannya dengan ujicoba. Pengobatan dengan
antibiotika dianggap paling efektif jika dimulai sejak dini.
Bagaimana Potensi Minuman Kaleng dalam Penularan Penyakit
Leptospirosis?
Makanan dan minuman di gudang, di warung, toko kelontong,
supermarket, dan dapur, berpeluang untuk dikencingi tikus. Apabila tikus
tersebut terinfeksi leptospira, kencingnya akan mencemari makanan dan minuman
yang berakibat menularkan penyakit leptospirosis.
Makanan dan minuman berkaleng yang telah dikencingi tikus
berpenyakit ini, kemungkinan akan menularkan bakterinya ke dalam tubuh. Bakteri
leptospira yang menempel pada tutup kaleng akan ikut tertelan apabila kita
tidak membersihkan tutup kaleng terlebih dahulu sebelum membuka dan justru
menenggaknya langsung.
Kemungkinan lainnya dapat terjadi melalui perantara gula pasir.
Apabila karung goni gula pasir dikencingi tikus yang terkena leptospira,
bakteri ini akan mencemari gula pasir yang terdapat di dalam karung. Gula pasir
yang mengandung bakteri ini akan menularkan penyakit leptospirosis ke dalam
tubuh apabila kita mengkonsumsinya. (http://sehatnesia.com/122/gejala-dan-obat-leptospirosis/)
2. Chikungunya
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh)
meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini
menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain
kasus demam berdarah yang
merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan kasus chikungunya. Gejala
penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat celsius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari
kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan
bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan
sedikit fotofobia. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu
alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue.
Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah,
penyakit ini tidak mematikan. Penyakit chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya)
Gejala Chikungunya yang sering kali kita jumpai yaitu
berupa demam seperti halnya penyakit infeksi lainnya. Demam dapat berlangsung 1
hingga 7 hari (biasanya 5 hari). Penyebab Penyakit Cikungunya ini adalah
virus dari genus Alphavirus, Family Togaviridae. Virus tersebut dapat
meng-Infeksi manusia melalui gigitan nyamuk aedes albopictus dan aedes
aegypti (nyamuk yang sama dengan penyebab demam berdarah). Lebih lengkap,
Karakteristik atau Gejala Chikungunya berupa : Demam mendadak tinggi Sakit pada
persendian (khas) terutama pada lengan dan lutut Nyeri pinggang Sakit kepala
Ruam pada kulit tubuh Siklus Penularan Cikungunya Apakah penyakit Chikungunya
mematikan? Di Indonesia, chikungunya tidak pernah dilaporkan dapat menyebabkan
kematian. Tetapi, sesetengah dari penderita mengalami gejala yang berkepanjangan.
Penderita berusia tua dapat mengalami sakit berulang pada sendi yang dapat
berlangsung beberapa bulan atau tahun
Bagaimana mengobati Penyakit Chikungunya? Tidak ada perawatan khusus pada
penyakit Chikungunya ini, Seperti hal nya pada penyakit-penyakit lain yang
disebabkan oleh virus. Pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis, artinya
untuk mengobati gejala yang ditimbulkannya saja seperti mengobati demam, nyeri
sendi, sakit kepala, dll., serta meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh karena
itu, kebanyakan dokter menyarankan untuk rawat jalan saja bagi penderita
cikungunya ini. Apa yang harus diwaspadai jika terjangkit penyakit Chikungunya?
Jika mengalami tanda-tanda dan gejala penyakit chikungunya seperti disebutkan
diatas, segera memeriksakan diri ke klinik atau Rumah sakit terdekat. Cara
mencegah penyakit chikungunya : Mencegah penyakit chikungunya otomatis mencegah
juga penyakit demam berdarah karena penyebab kedua penyakit ini adalah nyamuk
yang sama. Selalu bersihkan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk sehingga bebas dari nyamuk Aedes. Periksa rumah dan
lingkungan sekitar sekurang-kurangnya seminggu sekali untuk memastikan tidak
ada pembiakan nyamuk Aedes. Segera memeriksakan diri ke klinik atau Rumah sakit
terdekat apabila mengalami tanda dan gejala penyakit chikungunya. (http://mediskus.com/penyakit/semua-tentang-penyakit-chikungunya)
Latest News
- Penutupan Posko Terpadu Angkutan Udara Lebaran Tahun 2025 di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar (SHIAM)
- KEGIATAN PENGAWASAN DISINSEKSI KAPAL DI PT IKI CAB.MAKASSAR 12 MARET 2025 OLEH TIM BBKK MAKASSAR
- PERKUAT KOMITMEN MENUJU SATKER WBK/WBBM, BBKK MAKASSAR MELAKSANAKAN PENANDATANGANAN PAKTA INTEGRITAS TAHUN 2025
- PENANDATANGANAN KERJASAMA DALAM PENYELENGGARAAN VAKSINASI INTERNASIONAL ANTARA BBKK MAKASSAR DENGAN RS/KLINIK PENYELENGGARA VAKSINASI
- Kasus Leptospirosis Meningkat, BBKK Makassar dan Dinkes Kota Makassar Melakukan Survei Kepadatan Tikus