News Details
![](https://bbkkmakassar.kemkes.go.id/assets/img/news/440be2572853158ccfd687e1f039309f.jpg)
Laporan PE & Penanggulangan Kasus Mers-CoV, Makassar Tanggal 17 s/d 20 Okt 2015
LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI & PENANGGULANGAN KASUS MERS-CoV
DI KOTA MAKASSAR TANGGAL 17 S/D 20 OKTOBER 2015
OLEH :
DINAS KESEHATAN PROV. SULSEL
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MAKASSAR
DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR
A. Pendahuluan
- Latar Belakang
Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah suatu strain baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma (commond cold), Sindrom Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/Severe Acute Respiratory Syndrome).
Beberapa negara di Timur Tengah telah melaporkan kasus infeksi MERS-CoV pada manusia antara lain Yordania, Qatar, Saudi Arabia dan UEA. Beberapa kasus juga dilaporkan dari negara-negara di Eropa antara lain Inggris, Perancis, Italia dan Tunisia. Hampir semua kasus di Eropa dan Tunisia mempunyai kesamaan yaitu timbulnya gejala penyakit setelah melakukan perjalanan ke negara tertentu di Timur Tengah yang diikuti dengan adanya penularan terbatas di lingkungan keluarga. Disamping itu penularan MERS-CoV antar manusia juga terjadi di rumah sakit pada petugas yang merawat kasus konfirmasi MERS-CoV. Namun demikian, sejauh ini belum dapat dibuktikan adanya penularan yang berkelanjutan.
Berdasarkan data WHO, kasus MERS-CoV sebagian besar menunjukkan tanda dan gejala pneumonia. Hanya satu kasus dengan gangguan kekebalan tubuh (immunocompromised) yang gejala awalnya demam dan diare, berlanjut pneumonia. Komplikasi kasus MERS-CoV adalah pneumonia berat dengan gagal napas yang membutuhkan alat bantu napas non invasif atau invasif, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi-organ yaitu gagal ginjal, Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) dan perikarditis. Beberapa kasus juga memiliki gejala gangguan gastrointestinal seperti diare. Dari seluruh kasus konfirmasi, separuh diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan laporan surat notifikasi Tim Penyelenggaran Kesehatan Haji Embarkasi/Debarkasi Makassar Tahun 2015/1436 H, nomor 007/TIM.KES/DEB.MKS /SUHU/X/2015, tanggal 17 Oktober 2015, perihal notifikasi hasil pemeriksaan suhu tubuh Jamaah Haji Debarkasi Hasanuddin (UPG), dicurigai 1 orang jemaah haji asal Maluku sebagai kasus Mers-CoV dengan gejala demam ? 380C, CHF+Febris pro evaluasi dan sesak napas.
Berdasarkan laporan tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menindaklanjuti dengan menugaskan Tim Gerak Cepat (TGC) untuk melakukan investigasi di lapangan bersama-sama dengan tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar dan Dinas Kesehatan Kota Makassar.
- Tujuan
a. Tujuan Umum : Untuk memperoleh gambaran epidemiologi KLB penyakit MERS-CoV dan penanggulangannya.
b. Tujuan Khusus :
1) Untuk memastikan terjadinya KLB MERS-CoV
2) Mengetahui penyebab terjadinya KLB
3) Mendapatkan gambaran epidemiologi kejadian penyakit tersebut, berdasarkan waktu, tempat dan orang
4) Mengetahui besaran masalah KLB di lokasi
5) Pemetaan faktor risiko
6) Melakukan penyelidikan dan penanggulangan di lokasi kejadian
7) Memberikan rekomendasi upaya pencegahan dan penanggulangan
B. Metode Penyelidikan dan Penanggulangan
Metode penyelidikan epidemiologi yang dilakukan dalam penyelidikan ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif berupa penelitian diskriptif dengan menggunakan data sekunder. Penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan Rapid Assesment Procedure (RAP), yaitu dengan mengumpulkan data primer melalui :
1. wawancara dengan penderita dan keluarganya, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.
2. wawancara dengan petugas kesehatan, baik yang menangani penderita secara langsung maupun yang berkaitan dengan variabel lain yang dicurigai.
3. Observasi terhadap faktor – faktor risiko yang dapat memicu terjadinya KLB.
Metodologi penanggulangan kasus adalah dengan melaksanakan kegiatan sbb :
1. Tatalaksana kasus berupa pengobatan asimptomatis, merujuk ke Rumah sakit, pengambilan swab hidung dan tenggorokan, serum darah, sputum sebanyak 3 kali dalam waktu 3 hari berturut-turut dan diperiksakan di Laboratorium virologi nasional di Jakarta.
2. Isolasi penderita diruang isolasi khusus untuk menghindari kontak langsung dengan lingkungan luar, keluarga dan petugas kesehatan.
3. KIE kepada keluarga penderita, petugas kesehatan yang merawat korban yang berpotensi tertular.
C. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah secara manual menggunakan Microsoft excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi dan hasilnya di analisis kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil penyelidikan KLB.
D. Hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE)
1. Kronologis Kejadian
Waktu (Tanggal) |
Kronologis |
05 September 2015 |
Berangkat Ibadah Haji Embarkasi Hasanuddin (UPG) Kloter 12 |
15 Oktober 2015 |
Waktu kepulangan ke tanah air pada tgl 15 Oktober di malam hari, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Dalam rute penerbangan Penderita mulai merasakan sakit awal (tidak enak badan, demam, sesak napas dan batuk). |
Hasil screening suhu yang dilakukan oleh Tim kesehatan Debarkasi Makassar di ketahui salah seorang jamaah haji mengalami peningkatan suhu tubuh ? 38 0C. |
|
Berdasarkan hasil tersebut Tim Kesehatan Debarkasi Makassar melakukan observasi pada penderita di Asrama Haji sudiang |
|
16 Oktober 2015 |
Kondisi jemaah tersebut semakin menurun (diagnosa CHF+Febris Pro Evaluasi, sesak dan demam), sehingga pukul 20.15 Tim Kesehatan Debarkasi Makassar menyatakan sebagai suspect Mers-CoV, yang selanjutnya dirujuk ke RS Dr. Wahidin Sudiro Husudo Makassar untuk pemeriksaan lanjutan. |
Di RSWS diberi pengobatan dan foto thoraks. Hasil Rontgen Thorax di diagnosis Broncho Pneumonia Dextra, untuk perawatan lebih lanjut pasien disarankan untuk rawat nginap, namun karena berbagai alasan pihak keluarga menyampaikan ke Pihak RS untuk keluar paksa.
|
|
17 Oktober 2015 |
Rencana pulang ke Ambon menggunakan pesawat Lion Air, tetapi kembali ditahan oleh KKP karena kondisi pasien semakin memburuk kemudian dirujuk kembali ke RSWS. |
Dirawat di UGD ruang isolasi RSWS |
|
Dinkes Prov Sulsel menerima informasi dari KKP Kelas I Makassar tentang adanya 1 kasus Mers-CoV |
|
Koordinasi dengan KKP Kelas I Makassar untuk rencana penanggulangan kasus. |
|
Dinkes Prov. Sulsel, Dinkes Kota Makassar, petugas lab. PKM Sudiang dan KKP Makassar melakukan investigasi kasus di RSWS. Dilakukan wawancara terhadap penderita, keluarga penderita, pengambilan dan pengiriman spesimen swab hidung dan tenggorokan, sputum, serum darah. |
|
Diskusi bersama KKP dan Direktur Medik dan Keperawatan RSWS. |
|
Pada malam harinya (pukul 21.00) penderita dipindahkan keruang isolasi infection center RSWS |
|
18 Oktober 2015 |
Pukul 07.30 dilakukan pengukuran suhu tubuh terhadap penderita. Suhu tubuh meningkat menjadi 390C. setelah diberi antipiretik suhu tubuh kembali turun menjadi 37,50C. |
Pukul 12.30 dilakukan pengambilan spesimen hari ke 2. Spesimen yang diambil adalah sputum, usap hidung dan tenggorokan. |
|
Spesimen dikirim oleh tim KKP Makassar ke Lab. Virologi Nasional pada pukul 14.30 |
|
19 Oktober 2015 |
Pukul 10.30 dilakukan pengambilan specimen hari ke 3. Specimen yang diambil adalah sputum, usap hidung dan tenggorokan, kemudian specimen dikirim ke Lab. Virologi nasional Jakarta. |
Kembali dilakukan foto rontgen thorax, hasil baca : bronchopneumonia |
|
Diterima hasil pemeriksaan laboratorium dari Lab Virologi Nasional di Jakarta, hasil lab menyatakan negatif Mers-Cov. |
|
23 Oktober 2015 |
Dinkes Prov. Sulsel melakukan kunjungan pada pasien. Kondisi semakin membaik |
24 Oktober 2015 |
Pasien sdh bisa pulang, berdasarkan keputusan dokter yang merawat. Diagnosa akhir adalah Pnemonia Bakterial. |
2. Identifikasi Penderita dan Kontak
Penderita
1. Nama : Hj. JS Bin I
2. Jenis Kel. : Perempuan
3. Tgl Lahir/umur : 25 Juni 1930/85 Tahun
4. Alamat : Batu Merah Ambon, Provinsi Maluku
5. Tgl mulai sakit : 15 Oktober 2015
6. Gejala : Demam 38.10C, batuk, sesak napas.
7. Jenis spesimen yang diambil : untuk penegakan diagnosa maka jenis spesimen yang diambil adalah swab hidung, swab tenggorokan, sputum dan serum darah yang diambil sebanyak 3 kali dalam waktu 3 hari berturut-turut.
8. Status rawat :
a. Tanggal 15 Oktober 2015 : sempat dirawat diruang observasi Asrama Haji Sudiang Makassar berdasarkan hasil screening suhu yang dilakukan oleh Tim kesehatan Debarkasi Makassar di ketahui salah seorang jamaah haji mengalami peningkatan suhu tubuh ? 38 0C.
b. Tanggal 16 Oktober 2015 : Kondisi jemaah tersebut semakin menurun (diagnosa CHF+Febris Pro Evaluasi, sesak dan demam), sehingga pukul 20.15 Tim Kesehatan Debarkasi Makassar menyatakan sebagai suspect Mers-CoV, yang selanjutnya dirujuk ke RS Dr. Wahidin Sudiro Husudo Makassar untuk pemeriksaan lanjutan.
Hasil foto rontgen : Broncho Pneumonia Dextra dan pembesaran jantung
Hasil pemeriksaan Laboratorium :
GDS = 256 Natrium = 139 Kalium = 2.3
Ureum = 14 Kreatinin = 0.61 Clorida = 103
SGOT = 28 SGPT = 18
Penderita sempat keluar paksa dari RSWS berdasarkan permintaan keluarga.
c. Tanggal 17 Oktober 2015 : kembali dirawat di UGD ruang isolasi RSWS, setelah ditangkap di bandara oleh KKP Makassar. Pada malam harinya (pukul 21.00) penderita dipindahkan keruang isolasi infection center RSWS dan dirawat hingga tanggal 24 Oktober 2015.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Analisa gas darah = Alkalosis metabolic & respiratorik
PH = 7.59
PCO2 = 33
PO2 = 67.2
HCO3 = 32.1
CtCO2 = 33.2
BE = 10.3
3. Penegakan Diagnosis
Berdasarkan informasi baik dari informasi dokumen dan hasil wawancara kepada pasien, keluarga pasien, petugas surveilans, dokter pemeriksa menyatakan bahwa penderita yang ditemukan memiliki gejala seperti demam tinggi, sesak napas, serta ada riwayat bepergian ke Timur Tengah dalam waktu 14 hari sebelum sakit, maka menurut definisi kasus dari WHO diklasifikasikan sebagai Mers-CoV underinvestigated case (Buku Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Mers-CoV)
4. Penetapan KLB
Berdasarkan buku pedoman surveilans dan respon kesiapsiagaan menghadapi Mers-CoV tahun 2013, menyebutkan bahwa apabila ditemukan 1 kasus Mers-CoV konfirmasi maka dinyatakan sebagai KLB dan dilakukan penyelidikan epidemiologi lanjutan serta pengendalian sesuai hasil penyelidikan. Untuk kasus ini belum dinyatakan sebagai KLB sampai ada hasil laboratorium yang menyatakan positif ataupun negatif, tetapi respon pelaporan dan tatalaksana kasus tetap harus dilakukan seperti SOP yang telah termaktub didalam buku pedoman.
E. Identifikasi Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat di identifikasi adalah :
1. Penderita melaksanakan ibadah Haji ke Tanah Suci (Mekkah, Madinah) dengan durasi perjalanan selama 41 hari (Tgl 05 September – 15 Oktober 2015). Sebagaimana diketahui bahwa Arab Saudi termasuk dalam wilayah Timur Tengah yang terjangkit Mers-CoV.
2. Penderita mulai merasakan sakit pada tanggal 15 Oktober 2015, tepat pada saat perjalanan pulang ke Indonesia, penderita mengalami gejala demam tinggi, batuk dan sesak napas.
3. Berdasarkan hasil wawancara penderita memiliki riwayat penyakit hipertensi (penyakit penyerta).
4. Berdasarkan hasil wawancara, penderita tidak pernah kontak dengan kasus Mers-CoV atau kasus dengan ISPA berat atau ada riwayat kontak dengan unta atau pernah mengunjungi peternakan unta.
5. Berdasarkan hasil wawancara, penderita tidak pernah mengkonsumsi bahan makanan mentah ataupun belum diolah selama di Arab Saudi.
F. Kegiatan yang telah dilakukan
1. Screening, observasi serta perujukan penderita ke RSUP Wahidin Sudirohusodo oleh petugas KKP
2. Penyelidikan epidemiologi (PE) terhadap penderita dan kontak eratnya (dilakukan oleh jajaran Pemerintah Provinsi Maluku). Di dalam kegiatan PE dilakukan pengambilan dan pengiriman spesimen penderita berupa swab hidung (3 kali pengambilan), swab tenggorokan (3 kali pengambilan) sputum (3 kali pengambilan) serta darah serum (1 kali pengambilan). Hasil pemeriksaan Laboratorium dinyatakan negatif Mers-CoV.
3. Melakukan kegiatan penanggulangan Mers-CoV berupa pengobatan penderita, merujuk serta melakukan pemantauan terhadap kontak erat 14 hari setelah kontak terakhir dengan penderita.
4. Melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi seperti :
a. Menghimbau kepada masyarakat/populasi berisiko untuk selalu menjaga kebersihan, hygiene tangan dan saluran pernapasan.
b. Penggunaan APD yang sesuai dengan risiko pajanan dan sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang diselidiki.
G. Kesimpulan
1. Telah terdeteksi 1 kasus Mers-CoV dalam penyelidikan (underinvestigated) di Kota Makassar pada tanggal 16 Oktober 2015, an. Hj. JS Binti I, jenis kelamin perempuan, umur 85 tahun, asal Batu Merah Ambon, Provinsi Maluku, jamaah Haji Kloter 12 Debarkasi Makassar.
2. Penderita mengalami demam tinggi (380C), batuk dan sesak napas pada saat dilakukan screening oleh KKP di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pada tanggal 15 Oktober 2015.
3. Dilakukan pengambilan spesimen swab hidung, swab tenggorokan, cairan sputum dan serum untuk diperiksakan di Laboratorium Virologi Nasional Jakarta, hasil laboratorium dinyatakan negative Mers-CoV.
4. Pada tanggal 24 Oktober 2015 penderita dinyatakan pulih dan dapat dipulangkan oleh pihak keluarga. Diagnosis akhir adalah Bronchopneumonia Bakterial.
5. Dalam periode 14 hari terakhir kontak dengan penderita, semua kontak erat yang diamati masih dalam kondisi sehat. Sehingga dapat disimpulkan belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
Latest News
- KEMITRAAN DIKLAT BBKK MAKASSAR DILEBARKAN DENGAN KERJASAMA PENDIDIKAN NON KESEHATAN
- PERKUAT IMPLEMENTASI KEKARANTINAAN KESEHATAN, BBKK MAKASSAR MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
- Tingkatkan Keamanan Pangan, BBKK Makassar Laksanakan Edukasi bagi Penjamah Makanan di Lingkungan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
- Upaya Tingkatkan Implementasi SSm Pengangkut : KSOP Makassar gelar Rapat Koordinasi
- PENGAWASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN PENYAKIT MENULAR DI BALAI BESAR KARANTINA HEWAN, IKAN DAN TUMBUHAN (BBKHIT) WILKER PELABUHAN MAKASSAR