News Details

Musim DBD dan Waspada Virus Zika Oleh A Arsunan Arsin

Info
dikirim pada Mar 23, 2016 5:25 PM
oleh:

Musim DBD dan Waspada Virus Zika     Oleh  A Arsunan Arsin  Guru Besar Epidemiologi  Universitas Hasanuddin

Curah hujan dengan intensitas tinggi potensial menciptakan genangan ‘breeding’ air sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk ‘vektor’    Seiring dengan pergantian musim dari kemarau masuk musim hujan, curah hujan yang tinggi disertai selingan cahaya matahari yang terik, adalah  kondisi yang disukai nyamuk Aedes aegypti (perkotaan) dan Aedes albopictus (pedalaman), nyamuk Ae.aegypty dan Ae.albopictus yang infektif secara naluriah mencari ‘darah’ manusia untuk mematangkan sel telur dalam ovariumnya dan seekor nyamuk infektif dapat mengisap darah seseorang atau beberapa orang, dalam hal ini  seekor nyamuk aedes dapat menginfeksikan virus ke lebih dari satu orang.

Virus Dengue

Virus ini mempunyai empat serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, masyarakat atau penduduk yang bermukim di daerah endemik penyakit DBD (menetap di suatu wilayah), dapat terjangkit infeksi DBD lebih dari satu kali. Virus dengue di dalam plasma darah akan cepat menurunkan jumlah trombosit darah yang berlanjut pada pecahnya pembuluh darah. Penyakit ini masuk ke Indonesia pertamakali dilaporkan di Surabaya tahun 1968, sejak itu penyakit ini menyebar luas ke pelbagai wilayah di Indonesia termasuk  Sulawesi Selatan. Virus ini terkonfirmasi   ditularkan nyamuk  (vektor pembawa virus dengue) adalah Ae. Aegypty (primer)  dan nyamuk Ae.albopictus (sekunder).   Penyakit ini masuk kategori penyakit yang bisa sembuh sendiri ‘self limiting disease’ dengan catatan penderita segera dapat pertolongan dan pelayanan kesehatan secepat mungkin, menjadi fatal kalau terlambat ditangani. Pada musim hujan di daerah endemik DBD, penduduk diharapkan waspada, seandainya ada penduduk mengalami demam tinggi, sebaiknya orang tersebut ke tempat pelayanan kesehatan untuk dirawat, sebab lebih baik dicurigai DBD tapi nyatanya bukan, dari pada dianggap bukan tapi ternyata DBD, keterlambatan penanganan penyakit ini bisa fatal dan mematikan. Salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan kefatalan penyakit, dikarenakan gejala umum DBD pada tahap awal sangat mirip dengan penyakit lainnya (seperti typhoid). Faktor lainnya adalah gejala awal penyakit sering tidak seperti biasanya, artinya fase demam dan muncul bintik ‘petechie’ merah   Masalah lain juga muncul karena bintik ‘petechiae' merah di permukaan kulit penderita biasa tidak kelihatan, dan langsung ke fase perdarahan.   

 

Virus Zika

Lembaga Eiykman mulai mendeteksi virus zika di Indonesia sejak tahun lalu (2015), meskipun sebelumnya ada laporan  peneliti Australia, bahwa telah dideteksi  virus zika pada penderita yang telah bepergian ke Indonesia (1981) dan kembali dilaporkan warga Australia mengidap virus zika setelah bepergian ke Jakarta (2013). Informasi ini telah memberikan gambaran bahwa virus ini telah ‘suspect’ dan mengancam di Indonesia.  Kekhawatiran masyarakat cukup beralasan, karena pola penularan virus zika mirip pola penularan virus dengue, ke dua jenis virus ini ditularkan oleh nyamuk yang sama dan model penularan yang relatif sama.

Gejala penderita yang terinfeksi virus zika (CDC), adalah  demam, sakit kepala, nyeri sendi/otot, ruam di kulit dan konjunktivitis. Virus ini  menarik dan menjadi pembicaraan dunia setelah di Brazil ditemukan sekitar setengah juta orang tertular virus ini, selanjutnya berkembang menjadi satu setengah juta terinfeksi, pada kondisi tersebut  ditemukan empat ribuan anak lahir dengan mikrocefali (kepala mengecil) dari ibu yang terinfeksi virus zika (2015). Peningkatan jumlah mikrocefali menimbulkan dugaan  cukup kuat, bahwa fakta ini dihubungkan infeksi virus zika pada ibu hamil berpotensi melahirkan anak mikrocefali.  Hipotesa ini perlu pembuktian lebih lanjut dan tantangan bagi peneliti bidang biomolekuler dan ilmu terkait, pertanyaan pertama harus dijawab,  mengapa virus zika bisa menyerang ‘kepala’ janin di  kandungan ibu? Dan pertanyaan selanjutnya, bagaimana mekanisme virus zika sehingga dapat menyebabkan kepala mengecil (mikrocefali)?       

Penularan

        Penularan kedua virus ini (dengue dan zika) telah terkonfirmasi nyamuk Ae.aegypty mentransmisikan  virus  dari penderita yang satu ke penderita lainnya.

Upaya pencegahan

          Hingga kini, belum ditemukan vaksin anti virus dan obat yang efektif menyembuhkan penyakit ini.   Tindakan paling efektif untuk menekan berjangkitnya kedua virus ini di masyarakat adalah mengontrol vektor nyamuk dengan 3 M (menguras, menutup dan menimbun) disertai PSN (pemberantasan sarang nyamuk) seperti menyikat tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga, kontrol buangan air dispenser dan wadah lainnya  setidaknya seminggu sekali,   karena nyamuk ini berkembang biak dari telur sampai nyamuk dewasa  dalam kurun  waktu 7 – 10 hari. Selain memastikan kondisi luar rumah tanpa genangan air, juga kondisi dalam rumah dengan sirkulasi udara dan pencahayaan supaya tidak lembab, kurangi pakaian menggantung di balik pintu karena berpotensi sebagai tempat ‘istirahat’ nyamuk.  Upaya lainnya tindakan fogging untuk mematikan nyamuk dewasa,  serentak dengan abatisasi  untuk mematikan jentik. Bahan untuk fogging dan abate harus sesuai standar yang dengan dosis yang tepat, menghidari terjadinya resistensi.

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?