News Details

Siapakah yang Bertanggung Jawab Terhadap Sampah?

Info
dikirim pada Jul 22, 2016 6:04 PM
oleh: IBRAHIM, SKM, M.Kes

“Sampah merupakah sisa hasil aktifitas manusia berbentuk padat, selain aktifitas biologis yang dibuang” adalah sebuah kalimat yang menggambarkan tentang sampah dalam  buku yang mengulas tentang persampahan.

Sampah tidak terlepas dari keidupan sehari hari kita, tiada hari tanpa sampah dan semakin hari sisa hasil aktifitas cenderung meningkat seiring dengan kehidupan yang semakin modern dan sampah lebih banyak menjadi masalah perkotaan karena di perdesaan lahan untuk membuang sampah masih luas, begitu pula karakteristik sampah belum terlalu bervariatif .  Sampah bisa jadi sahabat ketika dikelola dengan baik tapi juga sebaliknya  dapat menjadi malapetaka  apabila pengelolaan sampah tidak dilaksanakan dengan baik. Misalnya apakah laju timbulan sampah seimbang dengan Tempat Pembuangan Sementara (TPS), kemudian dengan pengangkutan dan terkhir apakah  seimbang dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta bagaimana dengan Sumber Daya Manusianya (SDM).

Laju timbulan sampah (Waste Generation) merupakan perhitungan jumlah sampah yang dihasilkan mulai dari laju timbulan per rumah maupun perwilayah. Dengan mengetahui laju timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat, dapat menjadi dasar dalam perencanaan pengelolaan sampah. Dengan informasi/data laju timbulan sampah dapat dibuat wadah sampah(TPS) sesuai volume  sampah yang ada Sehari hari kita sering melihat pemandangan dimana  wadah sampah sudah penuh dan sampah disekitarnya juga berserakan,  hal ini karena  ketidaksesuaian sampah yang dihasilkan dengan pewadahan sampah.  Efek yang ditimbulkan jelas dari segi estetika sangat jorok dilihat, dan otomatis menjadi tempat perkembangbiakan lalat, kecoak bahkan tikus yang merupakan vektor penularan penyakit.

Pengangkutan sampah juga harus diperhatikan hal-hal seperti mobil yang digunakan adalah mobil yang tertutup, kalaupun tidak tertutup permanen, bisa digunakan terpal plastik untuk menutupnya. Hal ini juga sangat penting karena jangan sampai sampah yang diangkut justru tercecer di jalan dan membuat sampah baru lagi. Sama halnya dengan pewadahan, pengangkutan juga dapat direncanakan jumlah armada yang dibutuhkan sesuai laju timbulan sampah. Sedangkan Tempat Pembuangan Akhir  sebaiknya dikelola dengan cara Sanitary Landfill yaitu dengan sistim berlapis dan diurug. ketika sampah ditimbun dan dibiarkan saja di tempat pembuangan maka sama halnya dengan memindahkan sampah saja dan lambat laun pergeseran pemukiman semakin mendekati Tempat Pembuangan Akhir.

Fase yang tak kalah pentingnya juga adala pemilahan sampah, mulai dari pembuangan sampah pada rumah tangga sampah basah dan kering, sampah organik dan anorganik. Pemilahan sampah dapat mengurangi volume sampah, dimana sampah yang dapat didaur ulang dapat dipisahkan.

Sedangkan SDM yang ada, saya terkadang merasa sedih dan ngeri melihat mereka diperlakukan dengan tidak manusiawi. Mereka mengumpulkan sampah tanpa dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri yang memadai, mereka menggunakan baju dan celana seadanya begitupula sepatu yang dipakai seperti sepatu bekas dan sudah robek, tidak pakai masker, penutup kepala dan mata.  Seakan akan mereka dijadikan tumbal, biar aja mereka tertusuk paku dan kena tetanus, biarkan saja mereka makan dengan tangan yang sudah memegang sampah, kalau mereka kena sakit perut atau Diare, kan dia tukang sampahji itu sudah risiko pekerjaan. Sekejam itukah kita sebagai manusia? Padahal mereka adalah orang yang berhati mulia, rela bergumul dengan  sampah demi menjaga kota ini tetap rapih, elok  dan sehat. Coba kalau dilemparkan pertanyaan “Adakah diantara pembaca yang siap melakukan pekerjaan mereka?” Saya yakin hampir tidak ada yang mau mengacungkan tangan siap melakukan pekerjaan mereka, tapi mereka dengan rendah hati mau melakukannya. Para petugas sampah arus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri yang dapat melindung dari bahaya kecelakaan kerja dan risiko penularan penyakit, minimal Baju Lengan Panjang, Kaos tangan, Sepatu Bot, dan masker. Mereka adalah aset berharga yang kita miliki, dan harus kita pelihara.

Untuk mencapai semua hal yang diungkapkan diatas, pengelolaan sampah membutuhkan dana yang besar. Saya yakin Dinas Kebersihan yang selama in menjadi tumpuan harapan pengelolaan sampah di Kabupaten Bone sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi terkendala masalah keuangan. Dalam hal ini saya juga sebagai salah satu warga memperhatikan iuran yang dibebankan kepada warga masih rendah.. Jika dibandingkan dengan pengeluaran yang lain misalnya iuran TV Kabel, Iuran Listrik, Iuran PDAM apalagi harga pulsa yang  dipakai dalam sebulan, maka akan kelihatan bahwa kita terlalu pelit untuk itu,  padahal ketika petugas sampah terlambat satu hari saja sudah mengomel. Apabila iuran sampah ditingkatkan maka hal yang menjadi masalah selama ini dapat teratasi dengan catatan uang yang masuk dikelola juga dengan baik kalau sampah tidak dikeola dengan baik akan menimbulkan penyakit begitu juga dengan uang. Kalau dianggap terlalu tinggi atau tidak semua warga mampu membayar maka  dikelompokkan berdasarkan keadaan ekonmi, ya kalau masyarakat miskin tidak mampu maka dapat dibedakan pembayarannya.

Ketika semua elemen masyarakat mau merubah pola pikir bahwa sampah bukan hanya merupakan tanggungjawab Dinas Kebersihan akan tetapi sudah merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat maka pengelolaan sampah di tempat tinggal kita  Bone tercinta ini akan berjalan dengan baik. Apalagi di Kabupaten Bone memiliki orang-orang yang mempunyai kompetensi bidang sanitasi termasuk masalah sampah yang tergabung dalam Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan  (HAKLI) Tingkat Kabupaten Bone tinggal bagaimana memicu mereka untuk menunjukkan kompetensinya. 

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?