News Details

Laporan Hasil Investigasi Kasus Underinvestigation MERS_CoV 10 September 2017

Info
dikirim pada Dec 11, 2017 11:00 PM
oleh: Tim Gerak Cepat Prov Sulsel ( Dinkes Prov Sulsel, KKP Kelas I Makassar, RS Wahidin Sudirohusodo, Dinkes Kota Makassar)

A.    Pendahuluan

 

  1. Latar Belakang

Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah suatu strain baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma (commond cold), Sindrom Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/Severe Acute Respiratory Syndrome).

 Beberapa negara di Timur Tengah telah melaporkan kasus infeksi MERS-CoV pada manusia antara lain Yordania, Qatar, Saudi Arabia dan UEA. Beberapa kasus juga dilaporkan dari negara-negara di Eropa antara lain Inggris, Perancis, Italia dan Tunisia. Hampir semua kasus di Eropa dan Tunisia mempunyai kesamaan yaitu timbulnya gejala penyakit setelah melakukan perjalanan ke negara tertentu di Timur Tengah yang diikuti dengan adanya penularan terbatas di lingkungan keluarga. Disamping itu penularan MERS-CoV antar manusia juga terjadi di rumah sakit pada petugas yang merawat kasus konfirmasi MERS-CoV. Namun demikian, sejauh ini belum dapat dibuktikan adanya penularan yang berkelanjutan.

Berdasarkan data WHO, kasus MERS-CoV sebagian besar menunjukkan tanda dan gejala pneumonia. Hanya satu kasus dengan gangguan kekebalan tubuh (immunocompromised) yang gejala awalnya demam dan diare, berlanjut pneumonia. Komplikasi kasus MERS-CoV adalah pneumonia berat dengan gagal napas yang membutuhkan alat bantu napas non invasif atau invasif, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi-organ yaitu gagal ginjal, Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) dan perikarditis. Beberapa kasus juga memiliki gejala gangguan gastrointestinal seperti diare. Dari seluruh kasus konfirmasi, separuh diantaranya meninggal dunia.

Pernyataan WHO pada 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee mengenai MERS CoV menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian besar namun belum terjadi kejadian darurat kesehatan masyarakat. Status darurat kesehatan atau “Public health emergency of international concern” (PHEIC) akan diberikan jika virus tersebut meluas ke negara-negara lain namun sejak dilaporkan munculnya virus tersebut pada Januari 2012 – 21 September 2017 semua kasus tersebut masih berhubungan dengan negara-negara di Jazirah Arab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jumlah kasus MERS-CoV yang terkonfirmasi sebanyak 2081 kasus dan meninggal 722  orang dengan sembilan negara yang melaporkan kasus ini yaitu Prancis, Italia, Yordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Jerman, Inggris dan Uni Emirat Arab. Dengan persentase kematian (CFR/Case Fatality Rate) mencapai 34,8 persen, MERS-CoV menjadi salah satu ancaman terutama pada saat musim haji, meskipun selain musim haji antusias masyarakat untuk Umrah juga tinggi.

Virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel corona virus tersebut dinamakan sebagai MERS-CoV. Virus ini tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.

Koronavirus adalah virus dari famili coronavida yang bisa menyebabkan berbagai macam penyakit. Koronavirus terbagi menjadi tiga golongan. Golongan satu dan dua yang menginfeksi mamalia, dan golongan tiga yang menginfeksi burung. Penyakit yang disebabkan oleh koronavirus sangat bervariasi, mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang mematikan seperti SARS dan MERS.

MERS merupakan koronavirus yang berbeda dengan yang pernah ditemukan pada manusia sebelumnya, berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention. Tes laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk MERS-Cov tersedia di Kementerian Kesehatan dan beberapa laboratorium internasional, namun tes tersebut bukan tes rutin.

Berdasarkan notifikasi dari Kantor kesehatan Pelabuhan (KKP) Makassar melaporkan adanya Underinvestigation Mer_CoV Jamaah Haji ONH Plus yang dirujuk ke RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar dengan riwayat perjalanan dari pulang ibadah Haji asal dari Kota Makassr, dengan gejala demam, batuk dan sesak napas dengan diagnosa Pnemonia.

Berdasarkan laporan tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menindaklanjuti dengan menugaskan Tim Gerak Cepat (TGC) Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota Makassar beserta tim dr Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan investigasi di lapangan.

  1. Tujuan

a.       Tujuan Umum : Untuk memperoleh gambaran epidemiologi KLB penyakit MERS-CoV dan penanggulangannya.

b.      Tujuan Khusus :

1)      Untuk memastikan  terjadinya KLB MERS-CoV

2)      Mengetahui penyebab terjadinya KLB

3)      Mendapatkan gambaran epidemiologi kejadian penyakit tersebut, berdasarkan waktu, tempat dan orang

4)      Mengetahui besaran masalah KLB di lokasi

5)      Memastikan ada tidaknya penularan yang efektif dari manusia ke manusia

6)      Mengetahui  karakteristik epidemiologi virus dan klinis MERS-CoV

7)      Pemetaan faktor risiko

8)      Melakukan penyelidikan dan penanggulangan di lokasi kejadian

9)      Memberikan rekomendasi upaya pencegahan dan penanggulangan

B.     Metode Penyelidikan dan Penanggulangan

Metode penyelidikan epidemiologi yang dilakukan dalam penyelidikan ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif berupa penelitian diskriptif dengan menggunakan data sekunder. Penelitian kualitatif  dilakukan dengan pendekatan Rapid Assesment Procedure (RAP), yaitu dengan mengumpulkan data primer melalui :

1.         wawancara dengan penderita dan keluarganya, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.

2.         wawancara dengan petugas kesehatan, baik yang menangani penderita secara langsung maupun yang berkaitan dengan variabel lain yang dicurigai.

3.         Observasi terhadap faktor – faktor risiko yang dapat memicu terjadinya KLB.

Metodologi penanggulangan kasus adalah dengan melaksanakan kegiatan sbb :

1.         Tatalaksana kasus berupa pengobatan asimptomatis, merujuk ke Rumah sakit, pengambilan swab hidung dan tenggorokan, serum darah, dan diperiksakan di Laboratorium virologi nasional di Jakarta.

2.         KIE kepada keluarga penderita, petugas kesehatan yang merawat korban yang berpotensi tertular.

 

C.     Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah secara manual menggunakan Microsoft excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi dan hasilnya di analisis kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil penyelidikan.

 

D.    Hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE)

1.      Kronologis Kejadian

Penderita yang dinyatakan suspek Mers_CoV merupakan jamaah Haji ONH Plus (Ä Travel) tiba di Jakarta lanjut ke Makassar tanggal 9 September 2017.  Berangkat pada tanggal 9 Agustus 2017 dan kembali ke Makassar pada tanggal 9 September 2017. Dari hasil wawancara kronologis kejadian sebagai berikut :

Waktu (Tanggal)

Kronologis

9 Agustus  2017

Penderita berangkat dari Makassar ke Jakarta ke Dubai dan ke Jeddah

11 Agustus   2017

Tiba di Jeddah langsung Ke Mekkah

18 Agustus 2017

Ke Medinah ( 9 hari )

27 Agustus 2017

Ke Mekkah (3 hari )

30 Agustus 2017

Minah (1 Hari)

31 Agustus 2017

Ke Arafah (1 hari)

1 September  2017

Minah (3 hari)

4 September 2017

Mekkah.

8 September 2017

Mulai sakit

9 September 2017

Tiba di jakarta dan Makassar

10  September 2017

KKP Merujuk kasus dari Bandara Sultan Hasanuddin; Tim Gerak Cepat (TGC) Dinkes Propinsi Sul-Sel, KKP Kelas I Makassar, RS. Wahidin Sudirohusodo dan Dinkes Kota Makassar melakukan investigasi, PE dan pengambilan sampel penderita  dan kontak yaitu spesimen darah, swab tenggorok dan hidung dan sputum

 

 

2.      Identifikasi Penderita

a.         Nama                    : Ibu “I”

b.         Jenis Kel.              : Perempuan

c.         Umur                    : 71 Tahun

d.        Alamat                 : Makassar                               

e.         Tgl mulai sakit      : 8 September 2017

f.          Gejala                   : Demam , batuk,   sesak napas, diagnosa  Pnemonia

g.         Jenis spesimen yang diambil : untuk penegakan diagnosa maka jenis spesimen yang diambil adalah swab hidung, swab tenggorokan dan darah (serum) dan Dahak.

 

 

3.      Status Pasien di RS Wahidin  :

Ø  09 September 2017 : Deman, sesak dan batuk. Keadaan umum lemah. Tekanan darah: 130/80, nadi: 84x permenit, suhu, 38,20C, pernafasan: 24x permenit, Natrium 128mmol/L Diagonsa kerja/diagnosa banding : Underinvestigation merscov, dd pnemonia, Tuberkulosis paru klinis

 

Ø  10 September 2017 : sesak dan batuk. Keadaan umum lemah. Tekanan darah: 120/70, nadi: 64x permenit, suhu, 36,70C, pernafasan: 24x permenit, pola nafas dan jalur nafas efektif. Hasil foto Torax: TB paru aktif lesi luas disertai efusi pleura destra, Cardiomegali disertai dilatisio

Ø  11 September 2017 : Sesak dan batuk, Keadaan umum lemah, Tekanan darah 130/80mmhg, nadi 82kali/menit, suhu 36,5 0C, pernafasan 22 kali/menit,

Ø  12 September 2017 : Sesak dan batuk, Keadaan umum lemah, Tekanan darah 130/80mmhg, nadi 82 kali/menit, suhu 36,5 0C, pernafasan 22 kali/menit, Foto torak : Bercak infiltrat pada lapangan tengah dan bawah kedua paru, Cor membesar, aorta dilatasi, elongasi dan kalsifikasi, kedua diagframa letak rendah, sinus kanan tumpul, sinus kiri baik, tulang-tulang intak, tampak kalsifikasi pada tracheobronchial tree

 
  

 

 


4.      Penegakan Diagnosis

            Berdasarkan informasi baik dari informasi dokumen dan hasil wawancara kepada pasien, keluarga pasien, petugas surveilans, dokter pemeriksa menyatakan bahwa penderita yang ditemukan memiliki gejala seperti demam tinggi, batuk, sesak napas, serta ada riwayat bepergian ke Timur Tengah dalam waktu 14 hari sebelum sakit, maka menurut definisi kasus dari WHO diklasifikasikan sebagai Mers-CoV Underinvestigation case (Buku Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Mers-CoV)        

5.      Penetapan KLB

            Berdasarkan buku pedoman surveilans dan respon kesiapsiagaan menghadapi Mers-CoV tahun 2013, menyebutkan bahwa apabila ditemukan 1 kasus Mers-CoV konfirmasi  maka dinyatakan sebagai KLB dan dilakukan penyelidikan epidemiologi lanjutan serta pengendalian sesuai hasil penyelidikan. Untuk kasus ini belum dinyatakan sebagai KLB sampai ada hasil laboratorium yang menyatakan positif ataupun negatif, tetapi respon pelaporan dan tatalaksana kasus tetap harus dilakukan seperti SOP yang telah termaktub didalam buku pedoman.

E.     Identifikasi Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat di identifikasi adalah :

1.         Penderita melaksanakan ibadah Haji ONH Plus menggunakan travel Ä tiba dari Tanah Suci (Mekkah, Madinah) dengan durasi perjalanan selama 30 hari. Sebagaimana diketahui bahwa Arab Saudi termasuk dalam wilayah Timur Tengah yang terjangkit Mers-CoV.

2.         Penderita mulai merasakan sakit ( Demam, meriang dan batuk) pada tanggal 8 September 2017 (masih di Mekkah) dan tanggal 9 September balik pulang ke Indonesia (Jakarta dan langsung ke Makassar).

3.         Tanggal 9 September 2017 langsung dirujuk ke RS Wahidin SudiroHusodo dan diagnosa oleh dokter adalah Pnemonia

4.         Berdasarkan hasil wawancara, penderita tidak pernah kontak dengan kasus Mers-CoV atau kasus dengan ISPA berat atau ada riwayat kontak dengan unta atau pernah mengunjungi peternakan unta dan tidak pernah dirawat di RS selama di Arab Saudi

5.         Berdasarkan hasil wawancara, penderita tidak pernah mengkonsumsi bahan makanan mentah ataupun belum diolah selama di Arab Saudi.

 

F.      Kegiatan yang telah dilakukan

1.         Penyelidikan epidemiologi (PE) terhadap penderita dan pengambilan dan pengiriman spesimen penderita  dan kontak berupa swab hidung, swab tenggorokan serta darah serum.

2.         Melakukan kegiatan penanggulangan Mers-CoV berupa pengobatan penderita, merujuk serta melakukan pemantauan terhadap kontak erat 14 hari setelah kontak terakhir dengan penderita.

3.         Melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi seperti :

a.         Menghimbau kepada masyarakat/populasi berisiko untuk selalu menjaga kebersihan, hygiene tangan dan saluran pernapasan.

b.        Penggunaan APD yang sesuai dengan risiko pajanan dan sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang diselidiki.

 

 

G.    Kesimpulan

1.      Telah terdeteksi 1 kasus Underinvestigation Mers-CoV dalam penyelidikan (Underinvestigation) di Kota Makassar  pada tanggal 09 Septermber  2017, an. Ibu “I”, Perempuan, umur  71 tahun, alamat  jalan Makassar- Provinsi Sulawesi Selatan.

2.      Penderita mengalami demam, batuk, dan  sesak dan foto dengan diagnosa dokter adalah Pnemonia

3.      Dilakukan pengambilan spesimen swab hidung, swab tenggorokan, Dahak dan serum untuk diperiksakan di Laboratorium Virologi Nasional Jakarta, belum ada hasil laboratorium

4.      Hasil laboratorium Negatif Mers-CoV

 

H.    Rekomendasi

1.      Diharapkan meningkatkan surveilans ILI dan pnemonia.

2.      Melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap jamaah Haji dan Umroh atau pelaku perjalanan lainnya dari negara terjangkit selama 14 hari sejak kedatangn ke wilayah nya melalui buku K3JH atau HAC.

3.      Melakukan pemantauan terhadap petugas kesehatan yang kontak dengan kasus Mers_coV apakah mengalami demam, batuk dan tau pnemonia

4.      Melakukan pemantau kasus dan kontak dalam penyelidikan selama 1 kali masa inkubasi terpanjang

 

 

 

 

I.       PENUTUP

Demikian laporan ini dibuat untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan di masa akan datang dan dapat menjadi masukan untuk perbaikan kegiatan serupa.


                                                                                                                                                    Makassar, 10 September 2017

INVESTIGASI TIM Gerak Cepat (TGC) terdiri dari:

TIM Dinkes Prov. Sulsel :

1.  Agussalim, SKM, M.Kes          

2.                  Debsy V. Pattilima, SKM, MPH

3.                  Andi Sofyan, SKM, M.Kes     

 

TIM KKP Kelas I Makassar

1.    A. Ali Resa, SKM, M.Kes

2.    Tubianto Anang Zulfikar, SKM, M.Epid

 

TIM RS. Wahidin Sudirohusodo

1.    Dg. Jikanang, S.Kep, Ns, M.Kes

 

TIM Dinkes  Kota Makassar 

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?