News Details
![](https://bbkkmakassar.kemkes.go.id/assets/img/news/8024d5c85f1c6392b39deed116bdb605.jpg)
Pengamatan dan Pengendalian Tikus di Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar Tahun 2021
Pelabuhan dan
Bandara sebagai pintu masuk lalu lintas dari orang-orang dan barang antar
negara. Hal ini tentu berdampak pada ekonomi, gaya hidup dan kesehatan pada
masyarakat setempat. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap pola
penularan penyakit.Salah satunya yaitu meningkatnya kasus penyakit menular yang
berpotensi sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)
[10].
Tikus merupakan
satwa liar yang seringkali berhubungan dengan kehidupan manusia. Tingginya
populasi tikus akan berdampak pada kerugian di berbagai bidang kehidupan
manusia. Tikus juga memberikan dampak yang besar di bidang kesehatan yaitu
tikus dapat menjadi reservoir untuk beberapa patogen penyebab penyakit pada
seseorang, urin dan air liur dari tikus dapat menyebabkan penyakit Leptospirosis
sedangkan gigitan pinjal yang ada pada tubuh tikus, dapat mengakibatkan
penyakit pes. Tikus juga dapat menularkan berbagai penyakit lain seperti Murine typhus, Salmonellosis, Richettsial
pox, Rabies, dan Trichinosis [2].
Keberadaan tikus
dan ektoparasitnya di wilayah pelabuhan merupakan faktor risiko terjadinya penularan
penyakit terutama yang bersumber dari binatang pembawa penyakit sehingga diperlukan upaya pengendalian tikus
yang efektif. Pengamatan tikus dilakukan sebagai bagian dari upaya pengendalian
dalam rangka kewaspadaan dini terhadap penyakit menular terutama penyakit yang
ditularkan oleh tikus sebagai reservoir di pelabuhan. Pengamatan ini bertujuan
untuk mengetahui kepadatan tikus dan ektoparasitnya serta umpan yang efektif dalam
penangkapan tikus. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji keberadaan
tikus, ektoparasit serta umpan yang efektif untuk tikus di pelabuhan Laut
Soekarno-Hatta. Hasil pengamatan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat untuk pencegahan dan pengendalian penyakit tular rodent dan tular
vektor melalui ektoparasit khususnya di daerah pelabuhan.
Ektoparasit pada
tikus diketahui dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang biasanya menular
ke tikus ketika sedang makan ataupun (sesekali) buang air besar (Hopla, Durden
and Keirans, 1994). Tikus dan ektoparasit merupakan jembatan penularan penyakit
dari antar hewan maupun manusia. Berbagai jenis ektoparasit dikenal sebagai
vektor zoonosis yang dapat mengakibatkan kematian bagi manusia. Ektoparasit
pada tikus meliputi pinjal, kutu, caplak dan tungau [2,12,16]. Salah satu penyakit yang ditularkan melalui perantaraan ektoparasit
pada tikus adalah penyakit Pes, disebabkan oleh Yersinia pestis dan dibawa oleh pinjal yang hidup pada bagian luar
tubuh tikus. Penyakit ini pernah menjadi wabah di Eropa pada tahun 1400 dan
menelan sebanyak 25 juta jiwa sedangkan di Indonesia sendiri pernah terjadi Kejadian
luar Biasa (KLB) di Kabupaten Boyolali, Sleman, Bandung dan terakhir Pasuruan
pada tahun 2007 [4,8,15].
Menurut laporan
tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar, di Pelabuhan Soekarno
Hatta pada tahun 2020 melayani 14.330 kedatangan kapal yang terdiri 14.049
kapal dalam negeri dan 281 kapal dari luar negeri. Sedangkan keberangkatan
kapal yang dilayani sebanyak 14.326 kapal yang terdiri dari 14.008 ke dalam
negeri dan 318 kapal ke luar negeri. Dengan demikian lokasi di Pelabuhan
Soekarno Hatta mempunyai faktor risiko penularan penyakit, disebabkan tikus
yang berpindah mengikuti kapal yang datang dan pergi dari daerah lain terutama
dari pelabuhan di wilayah terjangkit. Daerah
wilayah pelabuhan atau disebut dengan perimeter area. Wilayah perimeter
meliputi wilayah yang terdapat kantor pemerintah, kantor swasta, terminal
penumpang, terminal kontener, gudang serta rumah makan yang seharusnya steril
dari berbagai vektor dan binatang penular penyakit.
Pengamatan
ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2021 sampai dengan 26 Februari 2021
di wilayah Pelabuhan Laut Soekarno Hatta. Dalam kegiatan pengamatan ini
dilakukan dengan menggunakan 4 jenis umpan yaitu Bakso, sosis, selai kacang dan
ikan kering. Metode pemasangan perangkap yaitu sebanyak 29 titik pemasangan
perangkap dan masing-masing titik dipasang 4 perangkap yang mewakili 4 jenis
umpan yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
jenis umpan yang disukai oleh tikus.
Jumlah tikus yang berhasil tertangkap dan ditemukan
saat pengamatan yaitu sebanyak 10 tikus. Hasil pemasangan perangkap tikus yang
dilakukan selama 4 (empat) hari, didapatkan dua jenis tikus yaitu Rattus
norvegicus (90%) dan Rattus tanezumi (10%). Adapun jika dilihat dari
jenis kelamin, tikus betina lebih banyak tertangkap sebanyak 7 ekor (70 %) dibandingkan
tikus jantan sebanyak 3 ekor (30%) (Tabel 1).
Tabel 1: Data Tikus Berdasarkan Spesies dan Jenis
Kelamin di Wilayah Kerja
Pelabuhan Laut Soekarno Hatta Tahun 2021
Deskripsi |
N |
% |
Jenis Tikus |
|
|
Rattus norvegicus |
9 |
90 |
Rattus tanezumi |
1 |
10 |
Genders |
|
|
Jantan Betina |
3 7 |
30 70 |
Sumber: Data Primer, 2021
Hasil Pengamatan menunjukkan total success trap adalah 2,15
dimana angka ini menunjukkan bahwa tingkat kepadatan tikus di pelabuhan
Makassar tidak memenuhi syarat berdasarkan Permenkes nomor 50 tahun 2017 dengan
nilai baku mutu <1. Succes trap yang merupakan prosentase tikus
tertangkap oleh perangkap indikator kepadatan relatif tikus pada suatu daerah [13]. Tikus tertangkap berdasarkan umpan
adalah tertinggi yaitu pada perangkap A (P.A) dengan umpan sosis sebesar
50% sedangkan umpan lainnya yaitu pada
perangkap B (P.B) dengan umpan bakso sebesar 30% serta perangkap C (P.C) dengan
umpan selai kacang dan perangkap D (P.D) dengan umpan ikan kering sebagai
kontrol masing-masing sebesar 10%. Adapun success trap harian
menunjukkan angka tertinggi pada hari pertama, yaitu pada perangkap A dan
perangkap B dengan umpanBakso (P.B) masing-masing sebesar 6,89 (Tabel 2).
Tabel 2: Data Keberhasilan Penangkapan (Success Trap)
di Wilayah
Pelabuhan Laut
Soekarno-Hatta Bulan Februari Tahun 2021
Waktu Pelaksanaan |
Perangkap Terpasang` |
Tikus Tertangkap |
Succes Trap |
|||||||||
P. A |
P. B |
P. C |
P. D |
P. A |
P. B |
P. C |
P. D |
P. A |
P. B |
P. C |
P. D |
|
Hari ke-1 |
29 |
29 |
29 |
29 |
2 |
2 |
0 |
0 |
6,89 |
6,89 |
0 |
0 |
Hari ke-2 |
29 |
29 |
29 |
29 |
1 |
1 |
1 |
0 |
3,44 |
3,44 |
3,44 |
0 |
Hari ke-3 |
29 |
29 |
29 |
29 |
1 |
0 |
0 |
0 |
3,44 |
0 |
0 |
0 |
Hari ke-4 |
29 |
29 |
29 |
29 |
1 |
0 |
0 |
1 |
3,44 |
0 |
0 |
3,44 |
Total |
116 |
116 |
116 |
116 |
5 |
3 |
1 |
1 |
4,31 |
2,25 |
0,86 |
0,86 |
Sumber:
Data Primer, 2021
Hasil Pengamatan menunjukkan menunjukkan dari 10 ekor
tikus yang positif terdapat ektoparasit ditemukan adanya ektoparasit jenis
pinjal Xenopsylla cheopis 1 ekor (Tabel 3).
Tabel
3: Data Hasil Identifikasi Ektoparasit pada Tikus di
Wilayah Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta Tahun 2021
Spesies |
Keragaman Ektoparasit` |
? |
% |
|||||||
Pinjal (Xenopsylla cheopis) |
Tungau |
Kutu |
Caplak |
|||||||
? |
% |
? |
% |
? |
% |
? |
% |
|||
R. norvegicus |
1 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
100 |
R. tanezumi |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Total |
1 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
100 |
Sumber: Data Primer, 2021
Data yang diperoleh juga diolah secara spasial menggunakan aplikasi
QGIS dan diperoleh hasil bahwa ada 6 lokasi yang positif tikus dan 8 lokasi
yang negatif tikus. Ada 3 lokasi yang positif tikus berdekatan dengan lokasi
yang negatif tikus. Selain itu, terdapat juga 4 lokasi positif tikus yang
saling berdekatan (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Area
Penangkapan Tikus Pelabuhan Soekarno Hatta, Februari 2021
Hasil pengamatan
selama 4 hari pemasangan perangkap dengan total perangkap sebanyak 116 buah perangkap
perhari, secara umum diperoleh perhitungan Succes Trap per hari pada
perangkap didapatkan nilai berkisar 0% sampai dengan 6,89%, dengan total
success trap pada perangkap yang terpasang yaitu 2,15% .
Kepadatan
ternyata mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli lingkungan. Kepadatan
adalah sejumlah mahluk hidup dalam setiap unit ruangan. Suatu keadaan akan
diikatakan semakin padat bila jumlah mahluk hidup dalam suatu batas ruang
tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangnya [9].
Hasil pemasangan
perangkap tikus juga menunjukkan bahwa terdapat dua spesies tikus yang
diperoleh yaitu Rattus norvegicus (90%) dan Rattus tanezumi (10%).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap dimana R. norvegicus tertangkap sebanyak 55 ekor
(47,1%) dari total 117 ekor. Rattus norvegicus merupakan tikus golongan
peridomestik karena tinggalnya di luar rumah (bangunan) akan tetapi karena
dekat dengan pemukiman terutama di kota maka aktifitas mencari makan terkadang
di dalam rumah, sedangkan Rattus tanezumi
yang tingggal dan mempunyai aktivitas seperti bersarang, mencari makan serta
berkembang biak di lingkungan rumah. [17].
Berdasarkan
hasil pemasangan perangkap, diperoleh
bahwa jenis kelamin tikus tertangkap adalah 3 jantan (30%) dan 7 betina
(70%). Hasil ini berbeda dengan pengamatan yang juga dilakukan di Pelabuhan
Soekarno-Hatta oleh Manyullei pada tahun 2019. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa yang paling banyak tertangkap 10 ekor jantan (83,3%) dari total 12
tangkapan [9].
Tikus betina
dapat berulang kali keluar dari sarangnya ketika hamil dan masa menyusui. Hal
ini dikarenakan tikus betina berperan sebagai pencari makanan sedangkan tikus
jantan sebagai penjaga sarang atau wilayah teritorialnya dari serangan
predator. Alasan ini yang membuat tikus betina cenderung lebih mudah tertangkap
dibandingkan tikus jantan [7].
Hasil pengamatan
juga menunjukkan bahwa ditemukan jenis pinjal X. cheopis sebanyak 1 ekor
pada tikus tertangkap. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada
tahun 2020 di Area Pelabuhan Manokwari yang menemukan sebanyak 33 ekor X.
cheopis, 7 ekor kutu, 1 ekor tungau, dan 6 ekor caplak. Fenomena
ditemukannya banyak parasit pada satu inang dikenal sebagai poliparasitisme.
Hal ini biasanya disebabkan karena lingkungan inang memiliki keserasian dengan
ektoparasit tersebut [3,8]. Kehadiran pinjal yang ditemukan pada tikus tertangkap merupakan
faktor risiko penularan penyakit Pes yang disebabkan oleh Yersinia pestis, sehingga perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut
pada laboratorium apakah dalam tubuh pinjal yang tertangkap mengandung bakteri
penular penyakit Pese tersebut. demikian juga untuk tikus yang tertangkap dapat
diteliti lebih lanjut untuk mengetahui keberadaan bakteri Leptospira dalam tubuh tikus.
Tikus dan pinjal
berinteraksi secara ektoparasit obligate sementara. Dalam interaksi ini
pinjal dewasa selalu hidup menempel pada permukaan tubuh inang, sedangkan
stadium pra dewasa tumbuh terlepas dari inangnya. Interaksi ini lebih bersifat
leluasa, tidak seperti kutu (Anoplura) yang menetap selama hidupnya di
tubuh tikus. Evolusi interaksi pinjal dan inang kelihatannya berhubungan dengan
faktor-faktor lingkungan inang, faktor inang sebagai habitat pinjal (rambut,
bulu, rambut), adaptasi fisiologi dan kemampuan untuk menyebar, isolasi serta
spesifikasi. Beberapa jenis pinjal cenderung mempunyai kesamaan struktur dengan
inangnya. Sedangkan jenis pinjal lainnya menempel kuat dan lama pada kulit
inang sampai kenyang darah seperti cara makan caplak. Jenis pinjal tertentu
menembus kulit inang sampai lapisan epidemis, sehingga menyebabkan kulit dapat
bengkak, karena berisi pinjal yang kenyang darah. Istilah inang sejati (true host) sering digunakan untuk
menandai suatu inang tunggal atau inang pilihan yang dianggap paling utama jika
seandainya satu jenis pinjal menempati beberapa jenis inang. Inang utama yaitu
inang yang cocok atau sesuai untuk kelanjutan reproduksi pinjal dalam jangka
waktu yang tidak terbatas [14].
Berdasarkan
hasil pengamatan, diperoleh bahwa secara berturut-turut umpan yang paling
efektif dalam pengendalian tikus adalah sosis (50%), bakso (30%), selai kacang
(10%) dan ikan kering sebagai kontrol (10%). Pengamatan serupa dilakukan oleh
Muammar pada tahun 2020 di Pelabuhan Paotere untuk mengetahui umpan yang paling
efektif untuk pengendalian tikus. Diperoleh hasil pemasangan perangkap setiap
umpan secara berurut yaitu jagung kuning sebanyak 3 ekor (20%/), papaya matang
sebanyak 2 ekor (13,3%), mentimun muda sebanyak 1 ekor (6,67%) dan buah apel
sebanyak 1 ekor (6,67%) [18]
Peletakan perangkap
dapat mempengaruhi keberhasilan penangkapan tikus. Perangkap diletakkan pada
tempat yang diperkirakan sebagai jalan tikus (run way) atau sering dilewati tikus. Hal ini dapat dilihat dari
tanda-tanda kehadiran tikus, seperti di dapur atau atap. Hal ini dikarenakan
tikus mempunyai sifat thigmotaxis, yaitu mempunyai lintasan yang sama
saat mencari makan, mencari sarang, dan aktifitas harian lainnya [1]. Tanda keberadaan tikus yang juga perlu diperhatikan saat
pemasangan perangkap adalah kotoran tikus (droping), bekas gigitan (grawing),
lubang (burrow) dan bau. Kotoran tikus dapat dikenali karena
bentuk khas tanpa bau menyengat dengan tekstur lunak dan seiring waktu akan
mengeras. Tikus juga memiliki kebiasaan untuk menggigit baik itu membuka jalan
ataupun untuk makan sedangkan lubang biasanya tikus buat di sekitar tempat
keberadaan tikus seperti di dinding, lantai, perabotan dan lain-lain [6,11].
Hasil pengolahan
data secara spasial menunjukkan bahwa ada dua lokasi positif tikus yang yang
saling berdekatan satu sama lain dengan buffer area seluas 30 meter.
Lokasi tersebut adalah BMM dengan Multi Trading dan PT. Smart dengan Makassar
Marine. Buffer area seluas 30 meter didasarkan pada kemampuan jelajah
tikus yang dapat mencapai hingga radius 30 meter [17].
Tikus sendiri
sebenarnya memiliki mobilitas yang berbeda-beda tergantung kondisi
lingkungannya. Tikus dapat bergerak hingga ratusan meter jauhnya dari sarangnya
untuk mendapatkan makanan. Di Area terbuka, tikus dapat meninggalkan sarangnya
sejauh 438,7 m untuk jantan dan 459 m untuk betina [5].
Berdasarkan
hasil pengamatan pada bulan Februari 2021 didapatkan bahwa kepadatan tikus (success trap) di Pelabuhan Soekarno-Hatta
adalah 2,15, hal ini berarti tidak memenuhi syarat berdasarkan Permenkes 50
tahun 2017 (Standar baku Succes trap
<1). Sedangkan Indeks pinjal umum yang diperoleh adalah 0,1 (Standar baku
<2) dan indeks pinjal khusus yang diperoleh adalah 0,1 memenuhi syarat
(Standar baku <1). Umpan yang paling efektif untuk pengendalian tikus dalam pengamatan
ini adalah umpan sosis (50%).
Disarankan bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Makassar agar
melakukan sosialisasi mengenai peran dan fungsinya di pelabuhan terutama
terhadap otoritas, pengelola dan pihak-pihak direksi setiap kantor sehingga
program dan kegiatan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit terutama
tikus di wilayah kerja KKP Kelas I Makassar dapat berjalan dengan baik. (Helpi, Sakti dkk)
REFERENSI
[1] Anam
K, Sumiati, Hayati I. Keanekaragaman dan Distribusi Jenis Ektoparasit pada
Tikus di Kawasan RSUD. AW. Sjahranie Samarinda dan Sekitarnya. Media Sains
2016;9:123–30
[2] Annashr NN, Santoso L, Hestiningsih R. Studi Kepadatan Tikus
dan Ektoparasit di Desa Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang Tahun
2011. Wawasan Kesehat 2017;3:68–76.
[3] Arengga B, Dahelmi, Salmah S. Jenis-Jenis Ektoparasit pada
Mamalia Kecil yang ditemukan di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. J Biol Univ
Andalas (J Bio UA) 2013;2:169–74.
[4] Bekele A, Leirs H, Verhagen R. Composition of rodents and
damage estimates in maize farms at Ziway, Ethiopia. In: Rats , mice and
people?: rodent biology and management. Int Conf Rodent Biol Manag 2003:548.
[5] Clapperton BK. A review of the current knowledge of rodent
behaviour in relation to control devices. Wellington: Science & Technical
Publishing; 2006.
[6] Dewi TN. Gambaran Kepadatan Tikus Di Kelurahan Randusari
Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang Tahun 2015. Universitas Negeri
Semarang, 2015.
[7] Dina S, Ustiawan A. Spesies Tikus, Cecurut dan Pinjal yang
Ditemukan di Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013. Balaba
2013;9:39–46.
[8] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Surat Edaran Nomor
HK.02.02/II/2796/2019 tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Penyakit Pes
(Black Death). 2019.
[9] Manyullei S, Agus BB, Suleman IF. Studi Kepadatan Tikus dan
Ektoparasit di Pelabuhan Laut Soekarno Hatta Tahun 2019. J Nas Ilmu Kesehat
2019;2:100–8.
[10] Manyullei S, Natsir MF, Batkunda A. Identification of rat
density and ectoparasites in seaport area of manokwari, Papua Province. Open
Access Maced J Med Sci 2020;8:204–8. https://doi.org/10.3889/oamjms.2020.4234
[11] Mursyafah LOM. Studi Identifikasi Keberadaan Bakteri Leptospira
sp Pada Tikus di Daerah Rawan Banjir Wilayah Kerja Puskesmas Tempe Kabupaten
Wajo. Universitas Hasanuddin, 2018..
[12] Nurisa I, Ristiyanto. Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus dan
Mencit) di Indonesia. J Ekol Kesehat 2005;4:308–19.
[13] Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta
Pengendaliannya. 2017..
[14] Polinesia R, Daerah DI, Pes E, Gunung L, Tengah J, Mulyono A, et
al. Indeks Keragaman Ektoparasit pada Tikus Rumah Rattus tanezumi Temminck,
1844 dan Tikus Polinesia R. exulans (Peal, 1848) di Daerah Enzootik Pes Lereng
Gunung Merapi, Jawa Tengah. Vektora 2009;1:73–83.
https://doi.org/10.22435/vektora.v1i2Okt.7.73-83.
[15] Priyanto D, Ningsih DP. Identification of Endoparasites in Rats
of Various Habitats. Heal Sci Indones 2014;5:49–53..
[16] Priyanto D, Rahmawati, Ningsih DP, Setiyani E. Identifikasi
Parasit pada Tikus di Berbagai Habitat di Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara:
2012.
[17] Priyotomo YC. Studi Kepadatan Tikus dan Ektoparasit di Daerah
Perimeter dan Buffer Pelabuhan Laut Cilacap. J Kesehat Masy 2015;3:86–96.
[18] Ronny, Khaer A, Muammar. Kemampuan Perangkap Tikus dengan
Variasi Umpan dalam Pengendalian Tikus di Wilayah Pelabuhan Paotere Kota
Makassar. J Sulolipu Media
Latest Artikel
- KILAS BALIK PENCAPAIAN KINERJA BBKK MAKASSAR TAHUN 2024
- Peran Lalat dalam Penularan Penyakit dan Keperluan Forensik
- Preventive Measures : Survey Kepadatan dan Identifikasi Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar
- LIBUR TELAH TIBA, TRAVELLING TETAP HARUS SEHAT
- JANGAN PANIK, TETAP WASPADA !!!, KKP KELAS I MAKASSAR WILKER PELABUHAN KHUSUS BIRINGKASSI SIAGA MENJAGA PINTU MASUK NEGARA TERHADAP MASUKNYA VARIAN BARU VIRUS COVID-19