News Details
Menjaga Kesehatan Optimal di Akhir Tahun : Strategi Menghadapi Musim Hujan Lebat
Akhir tahun seringkali menjadi waktu yang sibuk, dipenuhi dengan liburan, perayaan, dan resolusi menyambut tahun baru. Namun, berada diwilayah tropis seperti Indonesia, periode ini juga identik dengan peningkatan curah hujan yang sangat tinggi. Transisi cuaca ini membawa serta tantangan kesehatan yang unik dan memerlukan perhatian ekstra agar kita tetap bugar dan berenergi guna menjalankan aktifitas sehari-hari. Mengabaikan perubahan lingkungan dapat dengan mudah membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit musiman, mulai dari flu ringan hingga infeksi yang lebih serius.
Curah hujan yang tinggi, terutama yang berlangsung intens dan terus-menerus, menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran berbagai patogen. Penurunan suhu udara, lingkungan yang lembap, serta genangan air adalah faktor utama yang memicu peningkatan kasus penyakit. Meski bukan disebabkan secara langsung oleh cuaca, namun perubahan cuaca (dingin, lembab, bahkan tidak menentu) membuat daya tahan tubuh menurun, sehingga virus lebih mudah menyebar, serta paparan sinar matahari yang kurang (Vitamin D) menyebabkan inveksi virus lebih mudah terjadi di musim pancaroba.
Pondasi Pertahanan: Perkuat Sistem Imun
Langkah pertama dan terpenting dalam menjaga kesehatan selama musim hujan adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh (imunitas). Kekebalan tubuh yang kuat adalah benteng pertahanan utama terhadap serangan virus dan bakteri. Ini bukan hanya tentang menghindari penyakit, tetapi juga memastikan bahwa jika kita terinfeksi, tubuh dapat melawan dan pulih dengan cepat tanpa komplikasi.
Nutrisi memainkan peran sentral dalam fungsi kekebalan tubuh. Memastikan asupan makanan kaya akan vitamin dan mineral. Prioritaskan makanan yang mengandung Vitamin C (seperti jeruk, jambu biji, dan brokoli) yang dikenal sebagai peningkat kekebalan. Selain itu, asupan Vitamin D (meskipun sulit didapatkan dari sinar matahari saat hujan, bisa dari suplemen atau makanan fortifikasi) dan Zinc juga krusial untuk menjaga pertahanan seluler tubuh. Untuk pencegahan penyakit pernapasan, jika memungkinkan pastikan anda dan keluarga telah menerima vaksinasi flu. Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk melindungi diri dari strain virus yang mungkin beredar di musim hujan.
Jika asupan gizi dirasa kurang optimal, suplemen dapat menjadi pendukung. Konsultasikan dengan profesional kesehatan mengenai penggunaan suplemen vitamin C, Echinacea, atau probiotik yang dapat membantu menjaga kesehatan usus, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Mengurangi asupan air saat cuaca dingin karena berkurangnya rasa haus, merupakan kesalahan besar. Meski tidak merasa haus, namun tubuh tetap membuthkan cairan yang cukup untuk melancarkan metabolisme, membuag racun, seta menjaga fungsi mukosa (lapisan pelindung) di saluran pernapasan. Mengganti air dingin dengan air hangat, teh herbal ataupun sun panas dapat menjadi piihan untuk membantu menghidrasi dan menghangatkan tubuh.
Makanan dan minuman yang hangat tidak hanya nyaman tetapi juga terapeutik. Sup kaldu hangat, teh jahe, atau wedang rempah dapat membantu melegakan saluran pernapasan, menghangatkan tubuh dari dalam, dan meredakan gejala awal pilek.
Memastikan tubuh mendapatkan jam tidur yang cukup adalah satu hal yang tidak kalah pentingnya. Tidur 7-9 jam dengan kualitas yang memadai setiap malam adalah kunci. Hal ini dikarenaka selama tidur, tubuh melakukan proses perbaikan sel, regenerasi energi, dan yang paling penting, memproduksi sitokin – protein yang sangat penting untuk melawan peradangan dan infeksi. Kekurangan jam tidur yang berangsung lama secara signifikan akan melemahkan respon imun terhadap suatu penyakit.
Penularan penyakit pernafasan sering terjadi melalui droplet dan sentuhan. Oleh karena itu, kebersihan diri yang ketat adalah garis pertahanan kedua. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sebelum makan dan setelah bepergian atau menyentuh permukaan umum. Selalu bawa hand sanitizer saat bepergian.
Meskipun cuaca di luar dingin dan hujan, menjaga ventilasi udara di dalam rumah tetap penting. Udara yang terperangkap dan lembap di dalam ruangan dapat menjadi sarang bagi jamur dan virus. Buka jendela sebentar saat hujan mereda untuk memungkinkan pertukaran udara segar dan mengurangi kelembapan yang berlebihan.
Curah hujan tinggi hampir selalu menyebabkan genangan air dan bahkan banjir. Kondisi ini secara drastis meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor nyamuk. Penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan Leptospirosis (ditularkan melalui urin tikus) menjadi ancaman serius. Melakukan tindakan 3M Plus secara rutin: Menguras tempat penampungan air, Menutup rapat tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Plus, lindungi diri dengan penggunaan losion anti-nyamuk dan tidur menggunakan kelambu adalah salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk.
Air banjir seringkali terkontaminasi oleh limbah, kotoran hewan, dan berbagai bakteri berbahaya, termasuk bakteri Leptospira. Jika terpaksa harus berinteraksi dengan air banjir, gunakan pelindung diri seperti sepatu bot dan sarung tangan tahan air. Pastikan setiap luka terbuka segera dibersihkan dan didisinfeksi.
Menjaga tubuh tetap kering dan hangat adalah hal mendasar. Gunakan pakaian berlapis yang mudah dilepas dan dipasang (layering). Segera ganti pakaian basah jika Anda kehujanan. Membiarkan tubuh dalam kondisi basah dan dingin dapat menurunkan suhu inti tubuh dan membuat Anda lebih rentan terhadap flu.
Jangan biarkan cuaca menghalangi rutinitas olahraga anda. Olahraga teratur membantu meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan stres, dan secara tidak langsung mendukung sistem kekebalan tubuh. Jika tidak bisa berolahraga di luar, manfaatkan olahraga di dalam ruangan seperti yoga, treadmill, atau latihan beban ringan.
Masa akhir tahun sering kali disertai dengan tekanan pekerjaan, persiapan liburan, dan kecemasan resolusi. Stres kronis dapat melepaskan hormon yang menekan fungsi imun. Luangkan waktu untuk aktivitas relaksasi seperti meditasi, membaca buku, atau menghabiskan waktu berkualitas bersama orang terkasih.
Jika Anda harus bepergian di tengah hujan lebat, pastikan anda membawa perlengkapan seperti payung, jas hujan, dan alas kaki anti-air. Siapkan juga kotak P3K kecil yang berisi obat pereda nyeri, obat flu, dan plester luka untuk penanganan cepat.
Kenali gejala-gejala awal penyakit. Jika Anda mulai merasakan demam, batuk, pilek yang tidak kunjung membaik, atau gejala yang mengkhawatirkan lainnya (seperti ruam atau nyeri sendi yang parah), jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter. Pengobatan dini seringkali menjadi kunci pemulihan cepat.
Menjaga kesehatan di tengah curah hujan tinggi memang memerlukan kesadaran dan disiplin ekstra, tetapi ini adalah investasi terbaik untuk menikmati sisa akhir tahun anda. Dengan menggabungkan pertahanan imun internal yang kuat dan langkah-langkah pencegahan lingkungan yang cerdas, anda dapat memastikan musim hujan berlalu tanpa mengganggu semangat liburan anda. Tetap waspada, tetap hangat, dan tetap sehat! (Shaquille)
Daftar Referensi
1. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). (2022). Panduan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir. Jakarta: BNPB.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kemenkes RI.
3. WHO (World Health Organization). (2020). Waterborne diseases and climate change: A regional assessment. Diakses dari laman resmi WHO.
4. Wong, L. P., & Alias, H. (2018). The impact of climate change and rainfall on the transmission of dengue fever in a hyperendemic area in Malaysia. BMC Infectious Diseases, 18(1), 1-8.
5. Besedovsky, L., Lange, T., & Born, J. (2012). Sleep and immune cell function. Pflügers Archiv-European Journal of Physiology, 463(1), 121-137.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2021). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta: PDPI.
7. Carr, A. C., & Maggini, S. (2017). Vitamin C and immune function. Nutrients, 9(11), 1211.
8. CDC (Centers for Disease Control and Prevention). (2023). Mold and Health. Diakses dari laman resmi CDC.
9. Rondanelli, M., Miccono, A., Naso, M., & Minonzio, L. (2017). Review on the role of dietary zinc in the prevention and treatment of infections. Journal of Trace Elements in Medicine and Biology, 43, 114-121.
10. Sembel, D. T. (2019). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. (Mengenai kontaminasi air banjir).
11. Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., & Sudjino, I. (2017). Tsunami and disaster risk reduction in Indonesia: Progress and challenges. Journal of Asian Earth Sciences, 137, 100-117. (Meskipun fokus pada Tsunami, ini memberikan kerangka kerja umum manajemen risiko bencana di Indonesia, termasuk kesiapsiagaan).
12. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. (2024). Definisi ISPA. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Latest Artikel
- Penyakit DBD: Penyakit Setengah Abad, Kita Tetap Kalah
- Pentingnya K3 Adaptif bagi Petugas Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar di Point of Entry
- All Indonesia Babak Baru Dalam Deklarasi Kesehatan
- Menjaga Kesehatan Optimal di Akhir Tahun : Strategi Menghadapi Musim Hujan Lebat
- Gambaran Surveilans Sentinel Influenza Like Illness (ILI) di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar Tahun 2024 s.d. Oktober 2025