News Details

Gambaran Surveilans Sentinel Influenza Like Illness (ILI) di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar Tahun 2024 s.d. Oktober 2025

Info
dikirim pada Nov 17, 2025 12:00 AM
oleh: Fathul Jannah, AMd.Kep

Influenza, Penyakit Musiman yang Mengancam Kesehatan Global

Influenza merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, B, C, dan D. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat, dan pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis, dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kematian (WHO, 2024).

 

Umumnya, dunia dilanda pandemi influenza 2-3 tahun sekali, dengan jumlah kematian mencapai puluhan ribu orang, jauh lebih tinggi daripada angka-angka pada keadaan non epidemik. Virus influenza merupakan virus yang mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali memproduksi strain baru dimana manusia belum mempunyai imunitas terhadapnya. Sehingga mortalitas akibat influenza berkembang sangat cepat (Nelwan, et al., 2006).

 

Secara global, influenza terjadi secara musiman, dengan puncak aktifitas infeksi biasanya terjadi pada musim dingin di belahan bumi utara dan musim panas di belahan bumi selatan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penyebaran virus yang lebih efisien dalam lingkungan yang lebih dingin dan kering. Sementara di negara beriklim tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun dan dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

 

Peran Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar sebagai penjaga Port The Entry

Pada tahun 2024, tercatat sekitar 13 juta pelaku perjalanan internasional memasuki wilayah Indonesia, baik melalui udara, laut, maupun darat, meningkat 8% dari tahun sebelumnya (Antara News, 2024). Dari jumlah tersebut, 148.150 pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) masuk melalui Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar. Sepanjang Januari hingga Oktober 2025 jumlah PPLN telah mencapai 128.675 orang, yang mana jumlah ini masih akan terus mengalami peningkatan mengingat akhir Desember terdapat libur panjang.

Sebagai salah satu bandar udara yang melayani penerbangan internasional dan domestik di Indonesia, serta berfungsi sebagai pusat transit menuju Indonesia Timur, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar perlu mendapatkan pengawasan terhadap aspek kesehatan secara terus menerus dan berkelanjutan. Oleh karenanya, Surveilans Sentinel Influenza Like Illness (ILI) hadir dan berperan dalam melakukan deteksi dini, mencegah penyebaran penyakit serta mengidentifikasi berbagai tipe dan subtipe influenza yang masuk ke Indonesia.

 

Melalui surveilans influenza ini, Indonesia turut berkontribusi dalam monitoring dan risk assesment influenza global, yaitu asesmen untuk kandidat vaksin global dengan pengiriman spesimen isolat influenza dari National Influenza Centre (NIC) ke WHO CC melalui jejaring Global Influenza Surveillance Response System (GISRS).

 
















Gambar 1. Pengawasan thermal scanner di terminal kedatangan

internasional Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar


Sinergi Berbagai Tenaga Kesehatan dan Lintas Sektor dalam Sentinel ILI

Pelaksanaan surveilans ILI melibatkan berbagai rumpun tenaga kesehatan menjadi satu tim, terdiri atas dokter, perawat, epidemiolog, dan sanitarian. Langkah pengawasan mencakup skrining suhu tubuh menggunakan thermal scanner, pemeriksaan gejala ILI pada PPLN yang terjaring, pengambilan sampel (nasal/throat swab) untuk pemeriksaan laboratorium, pengiriman sampel, serta pengiriman notifikasi dan pelaporan kasus melalui sistem Surveilans Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Bahu membahu antar lintas sektor, baik dalam lingkungan bandar udara maupun ke dinas kesehatan terkait telah memastikan keberlangsungan kegiatan ini secara efektif.

 

Gambar 2. Pengambilan sampel nasal swab pada PPLN

jemaah haji di Poliklinik Asrama Haji tahun 2025


Peningkatan Kasus ILI pada Masa Debarkasi Haji, Alarm Kewaspadaan bagi Kita Semua

Surveilans ILI yang dilaksanakan oleh BBKK Makassar selama periode Maret 2024 hingga Oktober 2025 menunjukkan adanya tren peningkatan signifikan jumlah kasus. Dari total 300 kasus, sebanyak 80 kasus ditemukan pada tahun 2024 dan meningkat menjadi 220 kasus pada tahun 2025. Puncak peningkatan kasus secara konsisten terjadi pada masa debarkasi haji, baik di tahun 2024 maupun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas mobilitas internasional, terutama kedatangan jamaah haji, berperan penting dalam peningkatan kasus penyakit saluran pernapasan akut di wilayah pengawasan. Faktor risiko yang berkontribusi antara lain kepadatan jamaah, perubahan suhu ekstrem, serta penurunan daya tahan tubuh selama perjalanan panjang.

Temuan ini mempertegas bahwa BBKK Makassar memiliki peran strategis sebagai garda terdepan dalam deteksi dini penyakit menular potensial wabah di pintu masuk negara, dan bahwa masa debarkasi haji merupakan periode yang memerlukan kewaspadaan ekstra terhadap penyakit respiratori seperti influenza dan infeksi virus lainnya.

 

Apakah Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Mempengaruhi Risiko Terpapar Virus Influenza?

Analisis kasus berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar:

·         Berdasarkan jenis kelamin: laki-laki 56,34% (169 kasus) dan perempuan 43,66% (131 kasus).

Secara biologis, laki-laki cenderung memiliki respons imun yang lebih rendah terhadap infeksi saluran napas dibanding perempuan, yang bisa memengaruhi tingkat kerentanan terhadap ILI (Eteri Regis dkk, 2021).

Selain itu, perbedaan perilaku kesehatan, seperti kepatuhan dalam penggunaan masker, kebiasaan mencuci tangan, serta pelaporan gejala, juga dapat berkontribusi terhadap perbedaan angka kasus antara laki-laki dan perempuan.

·         Berdasarkan usia: kasus tertinggi terjadi pada kelompok usia >65 tahun (34,67%), yang sebagian besar merupakan jamaah haji dan umrah.

Kelompok usia lanjut memiliki kerentanan tinggi terhadap penyakit saluran pernapasan, karena adanya penurunan fungsi sistem imun, penyakit komorbid seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit paru kronik, serta daya tahan tubuh yang lebih rendah terhadap perubahan suhu dan kelelahan selama perjalanan panjang.

 

Analisis Epidemiologi Terhadap Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 1. Distribusi Hasil Laboratorium ILI Integrasi Covid-19

Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar

Tahun 2024 s.d. Oktober 2025

Parameter

2024

Hingga Oktober 2025

Perubahan

Total sampel

80

220

↑ meningkat 175%

Influenza positif

40%

32,7%

↓ sedikit menurun

COVID-19 positif

27,5%

2,7%

↓ turun 90%

Ko-infeksi

6,25%

0,45%

↓ turun signifikan

Positivity rate total

67,5%

35,9%

↓ turun 31,6 poin

Subtipe flu dominan

A/H1pdm09 (75%)

A/H1pdm09 (52,8%)

 

A/H3 meningkat

Varian COVID dominan

Omicron (JN.1.16.1)

 

LF.7.9.1

Varian baru dengan sedikit kasus

Sumber : Data primer, 2024-2025

 

Hasil analisis laboratorium menunjukkan adanya penurunan signifikan pada tingkat positivity rate dari 67,5% di tahun 2024 menjadi 35,9% di tahun 2025. Ini mencerminkan adanya perbaikan dalam keadaan epidemiologis untuk penyakit pernapasan akut, dengan menurunnya penyebaran Covid-19 dan kestabilan penyebaran virus influenza. Ko-infeksi menurun drastis, mencerminkan berkurangnya sirkulasi simultan dua virus respiratori besar dan meningkatnya kekebalan populasi terhadap COVID-19. Proporsi A/H3 yang meningkat mengindikasikan potensi perubahan dominasi subtipe influenza, sesuai tren global WHO yang memperkirakan pergeseran dari A/H1pdm09 ke A/H3 di Asia Tenggara pada 2025.

 

Pada tahun 2024, tingginya tingkat positivity rate kemungkinan disebabkan oleh kembalinya mobilitas internasional setelah pandemi COVID-19, termasuk kedatangan jamaah haji dan umrah yang membawa risiko penularan lintas negara, serta peningkatan kapasitas untuk menemukan kasus di pintu negara dan mendeteksi di laboratorium. Sebaliknya pada tahun 2025, turunnya positivity rate menunjukkan bahwa penyebaran COVID-19 telah berkurang secara signifikan. Masyarakat kini memiliki tingkat kekebalan yang lebih baik terhadap virus SARS-CoV-2. Namun, virus influenza tetap merupakan patogen utama penyebab ILI, yang menunjukkan kembalinya pola sirkulasi penyakit musiman yang normal seperti sebelum terjadinya pandemi.

 

Tantangan yang masih harus dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah frekuensi pemeriksaan spesimen di laboratorium rujukan hanya dilakukan sekali seminggu, sehingga memperlambat proses konfirmasi kasus. BBKK Makassar hingga saat ini belum memiliki alat diagnostik cepat (RDT) yang variatif untuk mendeteksi virus influenza dan COVID-19 secara bersamaan. Penyediaan reagen dan alat TCM/RDT combo untuk deteksi influenza dan COVID-19 sangat dibutuhkan.

 

Implikasi Surveilans Sentinel ILI bagi Kesehatan Masyarakat

Mengingat kasus ILI masih terus ditemukan di pintu masuk negara, surveilans sentinel ILI perlu terus dipertahankan guna mendeteksi dominasi influenza yang masuk ke Indonesia. Kesiapsiagaan pada musim haji masih menjadi prioritas karena lonjakan kasus ILI terbukti berkorelasi dengan periode kedatangan jamaah.

 

Selain itu, vaksinasi influenza bagi kelompok berisiko seperti jamaah haji, lansia, dan tenaga kesehatan perlu diperkuat sesuai dengan jenis strain yang beredar. Edukasi untuk terus menjaga perilaku hidup bersih dan sehat dimanapun berada, seperti rajin mencuci tangan, menggunakan masker bila diperlukan, konsumsi makanan sehat dan bergizi, serta melaporkan gejala penyakit yang dirasakan, harus terus digaungkan.

 

Pentingnya Kewaspadaan Berkelanjutan dan Penguatan Surveilans ILI di Pintu Masuk Negara

Hasil analisis surveilans Influenza Like Illness (ILI) di wilayah pengawasan BBKK Makassar menunjukkan bahwa upaya deteksi dini dan pengendalian penyakit menular masih memegang peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, khususnya di pintu masuk negara. Pergeseran pola etiologi dari dominasi COVID-19 menuju influenza musiman menegaskan pentingnya kewaspadaan berkelanjutan dan penguatan kapasitas laboratorium di era pascapandemi.

 

Selaras dengan tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) Tahun 2025, “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat,” hasil ini menjadi pengingat bahwa membangun generasi yang sehat tidak hanya dimulai dari layanan kuratif, tetapi juga dari sistem surveilans yang kuat, perilaku hidup bersih, serta komitmen bersama dalam mencegah penyebaran penyakit. Setiap langkah kecil—mulai dari menjaga kebersihan, melengkapi vaksinasi, hingga mematuhi protokol kesehatan dasar—adalah investasi nyata untuk melindungi diri, keluarga, dan bangsa.

 

Dengan kolaborasi lintas sektor dan kesadaran masyarakat yang terus meningkat, diharapkan Indonesia mampu melahirkan generasi yang sehat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan masa depan, menjadikan semangat “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat” bukan sekadar slogan, tetapi sebuah gerakan nyata menuju bangsa yang lebih kuat dan berdaya saing

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan





Ada yang bisa kami bantu?