News Details
Pentingnya K3 Adaptif bagi Petugas Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar di Point of Entry
Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan merupakan salah satu elemen yang sangat fundamental dalam tata kelolah organisasi. Sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Kesehatan di bidang kekarantinaan kesehatan, BBKK memiliki tugas pokok untuk melaksanakan upaya cegah tangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara. Penerapan K3 di pelabuhan/bandara bukan hanya sekedar pemenuhan atas kepatuhan administrative tetapi menjadi pondasi yang penting untuk perlindungan diri bagi para petugas di garda terdepan. Proteksi optimal bagi petugas akan menjamin keberlanjutan tugas dan fungsi UPT Bidang kekarantinaan kesehatan, yang secara langsung melindungi masyarakat luas dari potensi pandemi atau penyebaran penyakit.
Landasan Hukum K3 bagi Fasyankes
Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dengan posisi di pintu masuk, BBKK Makassar terikat pada kewajiban hukum untuk menerapkan sistem K3 yang terstruktur. Pedoman utamanya adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Regulasi ini secara eksplisit mengamanatkan setiap Fasyankes untuk:
1.
Membentuk
atau mengembangkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang teruji.
2.
Menerapkan
standar K3 yang telah disesuaikan dengan karakter unik dan faktor risiko
spesifik dari Fasyankes tersebut.
3.
Pelaksanaan
Standar K3 dan Prosedur Kerja Khusus
Berpegang pada landasan hukum tersebut, K3 di BBKK Makassar diwujudkan melalui serangkaian prosedur dan program kerja yang dirancang spesifik untuk mengatasi risiko di pintu gerbang negara. Implementasi K3 difokuskan pada beberapa aspek utama yang disesuaikan dengan jenis bahaya yang dihadapi oleh pekerja/pegawai.
Pengendalian Risiko Biologis di Lapangan
Pegawai BBKK Makassar secara langsung menghadapi potensi pajanan patogen saat melaksanakan surveilans epidemiologi, pemeriksaan kesehatan, atau penanganan kasus karantina. Karena itu, protokol pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) diberlakukan secara ketat. APD harus disesuaikan dengan tingkat risiko pajanan, mulai dari sarung tangan dan masker, hingga penggunaan baju hazmat saat melaksanakan evakuasi dan rujukan pasien. Standar Prosedur Operasional (SOP) Evakuasi dan Rujukan menjamin penanganan kasus berjalan aman, meminimalkan risiko penularan baik kepada petugas maupun lingkungan.
Mitigasi Risiko Kimia dan Lingkungan
Tugas BBKK mencakup
pengawasan sanitasi pada alat angkut (kapal dan pesawat). Ini melibatkan
kegiatan disinfeksi, disinseksi, dan fumigasi untuk memberantas vektor
penyakit. Petugas yang bertugas dalam pengawasan tindakan penyehatan alat
angkut berisiko terpapar senyawa kimia berbahaya. Penerapan K3 secara khusus
menekankan pada penggunaan APD spesifik (seperti respirator dan pakaian
proteksi kimia) serta prosedur operasional yang ketat untuk mengontrol dosis
bahan kimia dan memastikan proses kerja yang aman.
Perlindungan Kesehatan Kerja
Non-Infeksius
K3 di BBKK juga mencakup
mitigasi risiko yang sering kali terabaikan, termasuk risiko fisik dan ergonomi
bagi staf administrasi maupun lapangan. Komitmen perlindungan komprehensif ini
terlihat dari upaya identifikasi bahaya ergonomi di area kantor. Penilaian
risiko menggunakan metode ilmiah (seperti RULA/REBA, yang merupakan praktik
standar) menjadi bukti bahwa BBKK Makassar tidak hanya fokus pada penyakit
menular, tetapi juga memastikan kenyamanan dan kesehatan muskuloskeletal staf
kantor, sehingga produktivitas dapat dipertahankan.
Komitmen Pimpinan dan Budaya
K3
Keberhasilan implementasi K3
sangat ditentukan oleh dukungan dan peran aktif dari manajemen puncak. Kepala BBKK Makassar menunjukkan komitmen
yang tinggi sebagai bentuk kepedulian terhadap seluruh jajarannya. Dukungan ini
diwujudkan melalui alokasi sumber daya yang memadai, penetapan kebijakan K3
yang tegas, dan keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan K3. Kepemimpinan
yang kuat ini berperan penting dalam menciptakan budaya kerja yang
memprioritaskan keselamatan petugas.
Meskipun didukung oleh
prosedur dan landasan hokum yang jelas, implementasi K3 di BBKK Makassar tetap
menghadapi tantangan yang unik dan bersifat berkelanjutan.
Dinamika Risiko Global dan
Kondisi Lapangan
Tantangan utama terletak pada
sifat pekerjaan BBKK yang dinamis dan berlokasi di area port of entry. Petugas dituntut beroperasi dalam lingkungan yang
sulit dikontrol sepenuhnya, seperti di dalam ruang mesin kapal, pesawat, atau
area terminal yang padat. Selain itu, perubahan cepat pada profil risiko
penyakit global mengharuskan BBKK untuk terus memperbarui prosedur dan Alat
Pelindung Diri (APD) secara cepat. Pandemi dan ancaman wabah baru menuntut
adaptasi serta pelatihan yang berkelanjutan.
Optimalisasi Sistem dan
Sumber Daya
Isu terkait keterbatasan anggaran dan ketersediaan SDM yang kompeten di bidang K3 dapat menghambat optimalisasi sistem. Namun demikian, BBKK Makassar menunjukkan inisiatif untuk mengatasi hal ini melalui kolaborasi dan pengembangan inovasi berbasis data. Inovasi yang dilakukan adalah pemanfaatan hasil penelitian dan program magang, seperti laporan yang mengukur hazard ergonomi dan penilaian risiko menggunakan pendekatan ilmiah. Komitmen pada pencatatan dan pelaporan K3 secara berkala (semester dan tahunan), sesuai mandat PMK 52/2018, juga menjadi instrumen penting untuk mengukur efektivitas program dan mendorong perbaikan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di BBKK Makassar adalah refleksi dari dedikasi institusi untuk melindungi para petugas di garda terdepan. Didukung penuh oleh kepemimpinan Kepala Balai, K3 diperlakukan sebagai investasi strategis, bukan sekadar pengeluaran. Melalui penerapan standar K3 yang ketat, penyediaan APD yang tepat, dan pelatihan berkala, BBKK Makassar berhasil memitigasi risiko ganda, baik ancaman penyakit menular global maupun risiko fisik dan ergonomi di tempat kerja. Upaya ini memastikan bahwa personel dapat menjalankan tugasnya dengan optimal menjaga keselamatan diri sendiri, sekaligus memelihara keamanan kesehatan masyarakat Sulawesi Selatan dan Indonesia dari potensi ancaman yang memasuki wilayah.
Dengan komitmen adaptasi dan
inovasi yang tak terputus, BBKK Makassar terus memposisikan diri sebagai yang
terdepan dalam implementasi K3 Fasyankes di garda kekarantinaan kesehatan
nasional. (Akbar)
Latest Artikel
- Penyakit DBD: Penyakit Setengah Abad, Kita Tetap Kalah
- Pentingnya K3 Adaptif bagi Petugas Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar di Point of Entry
- All Indonesia Babak Baru Dalam Deklarasi Kesehatan
- Menjaga Kesehatan Optimal di Akhir Tahun : Strategi Menghadapi Musim Hujan Lebat
- Gambaran Surveilans Sentinel Influenza Like Illness (ILI) di Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Makassar Tahun 2024 s.d. Oktober 2025